Oleh: Kiai Kuswaidi Syafi’i, Pengasuh Pesantren Maulana Rumi Bantul
ولا أعدت من الفعل الجميل قرى
ضيف الم براسي غير محتشم
Dan tidaklah nafsu ammarahku menyediakan perbuatan yang indah untuk menyuguhi tamu tak terhormat yang hinggap di kepalaku.
Tamu-tamu dari kalangan umat manusia datang menemui tuan rumah biasanya untuk silaturrahmi atau keperluan tertentu dalam beberapa waktu yang tidak begitu lama. Setelah itu mereka akan pulang.
Berbeda dengan tamu yang satu ini yang berupa uban. Sekali gerombolan makhluk putih itu bertamu pada kepala seseorang, mereka tidak akan pergi dari situ kecuali membawa serta sang tuan rumah menuju ke alam kubur.
Kepada tamu yang berupa manusia, junjungan dan tauladan kita, Nabi Muhammad Saw, memerintahkan kepada kita untuk menghormati mereka. Bahkan dalam salah satu sabdanya beliau menegaskan tentang adanya korelasi yang sangat kuat dan indah antara beriman kepada Allah Ta’ala dan Hari Akhir dengan penghormatan terhadap para tamu itu.
Sedang terhadap gerombolan tamu putih yang berupa uban, kita mesti “menghormati” mereka dengan berbagai amal yang sebaik dan seindah mungkin.
Bukan menghormati mereka sih sebenarnya. Karena mereka tak akan pernah merasa rugi atau beruntung lantaran perilaku atau amal kita. Merespon mereka secara spiritual sejatinya adalah penghormatan pada diri kita sendiri.