Nasihat-Nasihat Kiai Asyhari Marzuqi Kota Gede Terhadap Ahli Al-Qur’an

Yogyakarta, bangkitmedia– “Nek masalah mocone, aku percoyo koe iso lueh pinter tinimbang aku, ning seng dadi masalah kui sepiro ayat-ayat sek tok woco kui mlebu nang ati?” (Kalau masalah baca, saya percaya kamu lebih pintar daripada saya. Tapi yang jadi masalah, seberapa banyak ayat-ayat yang saya baca itu masuk ke dalam hati?), Dawuh Kiai Asyhari Marzuqi Pendiri Pesantren Nurul Ummah Kota Gede Yogyakarta, suatu ketika ada santri baru yang sorogan Al-Qur’an  dengan beliau kemudian membaca maqro’nya itu terlalu banyak, setelah selesai membaca langsung beliau ngendikan.

“Apakah laku kita sudah sesuai atau belum dengan ayat-ayat yang kita baca tadi?” tanya kiai Asyhari Marzuki yang juga pernah menjadi Rais Syuriah PWNU DIY, dalam setiap sorogan, beliau juga bertanya tafsir apa yang sudah dibaca, bagaiman penafsirannya, sampai pada menanyakan pada diri sendiri. Beliau selalu menyisipkan wejangan secara pribadi kepada santri yang bersangkutan.

Sangatlah langka di zaman ini kita temukan ngaji sorogan, Al-Qur’an beserta makna sekaligus tafsirnya. Tetapi guru kita Kyai Asyhari Marzuqi beliau mampu mengampu sorogan Al-Qur’an bukan hanya dengan maknanya tetapi sekaligus juga dengan tafsirnya dan bahkan berbagai macam tafsir sesuai pilihan santri yang sorogan.  Kitab-kitab tafsir mulai yang kecil hingga tafsir-tafsir yang besar semacam Tafsir al-Kabir, Tafsir al-Qurtubi, Tafsir at-Thobari dan lain sebagainya. Kitab-kitab tersebut sudah beliau sediakan di mushalla sebagai perpustakaan ndalem untuk bisa di baca setiap saat oleh santri. Santri yang maju sorogan kepada beliau diwajibkan membaca kitab tafsir minimal kitab Tafsir al-Ibriz, dan terjemahan Al-Qur’an terbitan Departemen Agama (DEPAG).

Nasihat Kiai Asyhari Marzuki yang selalu dikenang oleh para santrinya adalah, “Moco Qur’an ki kudu bendino” (Baca Al-Qur’an harus setiap hari). “Niatnya paling tidak ada dua” lanjutnya. Di Antara dua niat yang dinasihatkan oleh Kiai Ayshari Marzuki, pertama, Niat Lil ‘ibadah, dibaca sampai khatam, “Baleni maneh ngono kui sak teruse” (ulangi lagi seperti itu seterusnya).

Nasihat Kiai Asyhari Marzuqi yang kedua adalah Niat Littadabburi walittafakkuri, “Moco rasah akeh-akeh, sak ayat rong ayat ning difahami tenanan, goleki tafsire nganti detail, nganti piye le mlebu nang ati lan le nglakoni,” (Baca tidak usah banyak-banyak, satu ayat-dua ayat tapi dipahami beneran, cari tafsirnya sampai detail, bagaimana biar bisa masuk ke hati dan bisa mengamalkannya).

Dan di antara Nasihat dan dawuh beliau yang lain adalah:

  1. Dadio wong seng diwedeni wong lio kui kerono koe nglakoni Al-Quran ora kerono liane (Jadilah orang yang disegani orang lain karena kamu mengamalkan Al-Qur’an, bukan karena lainnya)
  2. Wajar menowo Al-Qur’an kuwi abot dilakoni kerono Al-Qur’an iku mu’jizat sekaligus syareat, dadi ora ono lakon sing luwih ampuh tinimbang, nglakoni Al-Qur’an. (Wajar kalau Al-Qur’an itu berat diamalkan, karena Al-Qur;an itu mukjizat sekaligus syariat, jadi tidak ada tindakan yang lebih ampuh selain mengamalkan Al-Qur’an).
  3. Tugas kito kuwi kepiye carane mindah baris-baris sing ono ing lembaran-lembaran mushaf kui dadi baris-baris lakune kito. (Tugas kita itu bagaimana caranya memindahkan baris-baris yang ada di lembaran-lembaran mushaf itu jadi baris-baris amalan kita)
  4. Latihono moco Al-Qur’an di dalam sholat, wacanen rikolo sholat tahajud paling ora sak juz menowo ndang kepengen iso ngrasakke nikmate tahajud. (Latihanlah baca Al-Qur’an di dalam Shalat, bacalah ketika shalat tahajud paling tidak satu juz, ketika ingin merasakan nikmatnya Tahajud).

Setiap pagi kecuali hari jumat ba’da ngaji Tafsir Al-Maroghi beliau langsung mengampu sorogan Al Qur’an dengan sekali maju 2 orang- 2 orang, sorogan ini diperuntukkan mereka yang sudah masuk kelas 4 Awaliyah sampai kelas 2 Ulya. Ketika satu orang atau santri membaca Al-Qur’an dengan Tartil maka santri yang satunya mendapat bagian memakai ayat yang beliau tunjuk. Yang cukup menakjubkan itu adalah ayat-ayat yang beliau tunjuk biasanya sangat cocok dengan kondisi yang baru di alami atau dijalani santri yang bersangkutan.

Ketika kita salah memberikan tarkib dalam membaca kitab tafsir pun beliau pirso (mengetahui_red), mulai dari tafsir yang mudah kita temukan dan yang biasa dikaji di berbagai  pesantren maupun tafsir-tafsir yang jarang dan sulit ditemukan beliau kuasai. Sungguh ini merupakan bukti betapa luas dan dalam ilmu yang beliau kuasai.

Dalam mengajar santri, tak jarang beliau memberi Pekerjaan Rumah (PR) kepada santri tentang pemahaman atau pengambilan hukum dari suatu ayat, bahkan seringkali beliau arahkan pada tafsir tertentu, selain itu agar santri mau belajar dan senantiasa membaca berbagai refrensi. Terkadang juga jika ayat yang menjadi PR itu menurut beliau perlu dibahas dan diketahui oleh santri yang bersangkutan lebih dalam dan luas lagi, beliau memberi PR dan mengarahkan kepada kitab tafsir yang lebih luas pembahasannya.

Untuk Al-Maghfurlah KH Asyhari Marzuqi, Al-Fatihah!

(Ficky Taufikurrochman, Santri Nurul Ummah)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *