YOGYAKARTA – Nailia Maghfiroh, dara kelahiran Nganjuk, 20 Juli 1997, menjadi juara 2 putri dalam pemilihan Duta Santri Nasional 2018. Dara yang kerap disapa Naili ini seorang Santri pondok pesantren Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng. Selain nyantri Naili juga masih tercatat sebagai Mahasiswa di Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Naili yang memiliki cita-cita menjadi salah satu Muhadditsin masa depan ini tekun dalam mengaji. Naili juga banyak menorehkan prestasi diantaranya; Juara I English Debate Competition For Senior High School, Juara 2 MTQ Kabupaten Nganjuk, The Best Baca Kitab Muallimin Muallimat Barul Ulum, Peserta Terbaik Dauroh Romadhoniyah di MA’had DALWA, ditambah lagi sebagai juara 2 Putri Duta Santri Nasional 2018.
Selain berprestasi Naili juga aktif diorganisasi, sampai sekarang Naili masih aktif dalam organisasi; Ketua Tim Kajian Hadis MA’had Aly Hasyim Asy’ari, Anggota Tim Kajian Fiqih Tebuireng Online, Kru Tim Majalah Maha Media Kampus Ma’had Aly dan Ketua II Kepanitiaan Humapon Bahrul Ulum.
Dalam keikutsertaan Duta Santri Nasional 2018, Naili ingin menguji kemampuanya yang diperoleh di Pesantren (pendidikan formal lainnya) dan ingin menambah pengalamannya. Background pendidikan Naili dimulai; MI Hayya Alal Falah, MTsN Termas Baron Nganjuk, Madrasah Muallimin Muallimat Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang, sampai Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng.
Saat ditemui reporter bangkitmedia.com, Naili menyatakan, “Bahwa pesantren Indonesia itu harus percaya diri. Di Timur tengah, Islam Indonesia (Islam Nusantara) mulai dilirik. Meskipun dari berbagai sisi lemah. Setidaknya ketentraman Islam Indonesia diridukan mereka. Jadi tergantung memanejemen pesantren saja”.
Peryataan saudari Naili ini sangalah relevan dengan keadaan bangsa Indonesia bahkan dunia yang makin memprihatinkan. Naili mengajak para kalangan Santri baik di Pesantren maupun sudah tidak lagi Pesantren untuk menjaga Islam Nusantara. Dimana Islam Nusantara yang moderat, damai dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi. Baik toleransi beragama dan berbudaya di negeri yang kaya akan kebudayaan maupun kepercayaan.
“Budaya asli indonesia juga harus percaya diri. Membuktikan bahwa dengan kebudayaan bangsa Indonesia jaya dan diakui bangsa-bangsa lain. Para Santri juga harus siap adu keilmuan, supaya dengan ilmu Santri mampu berjuang membela NU dan bangsanya secara totalitas tinggi,” pungkas Naili dengan lantang.
Sosok Naili ini bagaikan mutiara produk pesantren yang tidak diragukan kemampuannya (baik dalam ilmu keislaman maupun ilmu umum). Semoga kedepannya pesantren mampu mencetak Naili-Naili yang lebih banyak lagi. Bangsa Indonesia akan tetap damai dengan tegaknya nilai-nilai kepesantrenan. (Hadi)