Ramai berita seputar gaji Prabowo yang tidak akan diambil. Itu sinyal yang baik, mengingat Prabowo itu duitnya sangat banyak dan tidak terhitung jumlahnya. Ramai juga berita dokter Terawan menteri kesehatan Kabinet Indonesia Maju, akan menjadikan gaji pertama untuk didermakan kepada yang membutuhkan. Rupanya, sang Dokter juga mengajak semua bawahannya untuk nyumbangkan gajinya.
Sebenarnya, urusan yang beginian sudah dicontohkan Gus Dur. Gus Dur bukan hanya dermawan, tetapi kelewat dermawan. Masak, beliau sendiri kadang ngak punya uang.
Kalau ngasih orang, Gus Dur tidak pernah melihat jumlahnya. Amplop yang diterima, semua diberikan kepada yang membutuhkan tanpa dilihat dulu. Mahfud MD, pernah berkisah seputar kedermawanan Gus Dur. Ada juga yang mendapat amplob yang isinya ratusan juta.
KH Muhammad Tholhah Hasan Singosari Malang pernah menyampaikan informasi bahwa gajinya diberikan kepada fakir miskin. Hal itu disampaikan kepada santri-santri yang ngaji kepadanya.
Simbah KH Maimoen Zubair lebih keren lagi. Beliau makan dari usahanya sendiri. Sementara gajinya, digunakan untuk masyarakat tidak mampu. Konon, Kyai Maimoen Zubair kalau zakat, hingga ber ton-ton.
KH Masduqi Mahfudz Malang. Kyai yang satu ini sangat unik. Semua gaji sebagai pegawai negeri tidak dikonsumsi. Anak-anaknya juga tidak memakannya. Gajinya digunakan untuk kepentingan sosial.
Para Kyai Nusantara di atas tidak menggunakan gajinya, karena sifat zuhud dan meneladani Rasulullah SAW dan sahabat, serta Salafussolih. Walaupun mereka tidak kaya, tetapi kedermawannya luar biasa.
Orang kaya dermawan itu wajar, yang tidak wajar itu orang gajiya biasa saja, tetapi kedermawannya sangat diluar kewajaran. Itulah yang disebut dengan “superlatif”.
Surabaya, 30/10/2019
Penulis: Abdul Adzim Irsad, alumnus Universitas Ummul Quro Makkah, tinggal di Malang.