Saya langsung tertawa melihat postingan foto di IG-nya aswajagram yang ternyata baru diposting 4 hari yang lalu (18 Agustus 2019). Di foto itu terlihat amplop surat undangan di atas pusara dan tertulis tujuan surat kepada KH Abdul Wahab Caasbulloh Tambakberas Jombang. Di kop suratnya tertulis panitia istighotsah kubro MWC NU Kedungadem bojonegoro.
Saya gak tau apa panitia itu serius ngirim surat atau sekedar bercanda. Wallohu a’lam. Yang jelas ini menarik. Orang yang hidup di alam dunia ngirim surat ke orang yang ada di alam Kubur. Lha terus siapa kurirnya?
Selama ini kejadian seperti itu hanya ada dalam cerita orang-orang dulu. Tapi ini nyata terjadi di era sekarang.
****
Dalam Tafsir Ibnu Katsir diceritakan bahwa khalifah Umar bin khottob setelah “disambati” Amr bin Ash Gubernur Mesir karena rakyat Mesir mengalami kekeringan semenjak air sungai nil surut dan tidak mengalir. Maka sang khalifah mengirim surat ke sungai nil agar segera mengalirkan airnya yang banyak. Dan setelah surat itu dilempar ke sungai nil ternyata volume air sungai nil menjadi mengalir berlimpah.
Dalam kitab Tadzkiratul Auliya, Fariduddin Attar juga menceritakan bahwa Hasan al Basri seorang tabiin membekali surat permohonan untuk dibebaskan dari siksa kubur pada Simeon, tetangganya yang menyembah api. Surat itu sebagai jaminan agar Simeon mau menjadi muslim/muallaf ditengah sakit tuanya yang menjelang ajal.
Setelah Simeon masuk islam, dia berpesan bahwa surat jaminan itu harap diselipkan di tangannya sebelum jasadnya dibungkus kain kafan. Setelah dia meninggal dan wasiatnya dilaksanakan, ternyata malam harinya Hasan al Bashri mimpi bertemu Simeon yang wajahnya bersinar dan memakai mahkota. Simeon berterima kasih pada Hasan al Bashri atas surat jaminan itu. Dan dia sudah tidak butuh surat itu karena Allah sudah memberi karunia padanya. Kemudian Hasan al Bashri bangun dari mimpinya dan ternyata surat jaminan yang ditulisnya itu sudah ada digengaman tangannya.
Dalam buku sejarah “Tambakberas, Menelisik Sejarah Memetik Uswah” juga diceritakan bahwa Kyai Wahab Chabullah sebelum mendirikan NU (sekitar tahun 1924-1925) juga mengirim surat kepada Sunan Ampel dan surat itu ditanam di makamnya.
“Kalau dalam 3 hari tanah ini saya gali dan suratnya masih ada berarti sunan ampel tidak merestui.”
(Ada riwayat yang membawa surat ke makam Sunan Ampel itu KH Asad Syamsul Arifin).
Ternyata setelah digali pada hari ke tiga surat itu tidak ada dan Mbah Kyai Wahab menjadi semakin mantab mendirikan NU karena suratnya sudah diterima yang berarti sudah direstui oleh Sunan Ampel.
****
Nah, kembali ke panitia istighosah itu. Apakah dia sudah setingkat para auliya dengan karomahnya seperti diatas atau sekedar tafa’ul saja dengan para auliya itu untuk berkirim surat ke maqbaroh Mbah Kyai Wahab ??
Jangan-jangan kalau surat undangan itu hilang, ternyata diambil oleh peziarah yang datang belakangan atau bisa juga diambil karena dibersihkan oleh juru kunci makam..
Saya cuma ikut berdoa semoga hajatnya panitia yang tertulis di surat itu dalam upaya mensyiarkan NU diberi restu oleh Mbah Kyai Wahab.. Amiin..
Penulis: Wafiyul Ahdi