Oleh: Braham Maya Baratullah, Sekretaris Lembaga Dakwah (LDNU) PWNU DIY
Fenomena agama semakin mendapatkan perhatian yang sangat serius. Banyak orang sudah mulai menyadari bahwa agama secara nyata hadir dan menandakan adanya kebutuhan manusia terhadap agama. Agama yang diartikan sangat universal kini menemukan bentuk dan modelnya yang sedikit-demi sedikit semua akan terwujud secara pasti dan dapat dirasakan oleh umat beragama bahkan orang yang belum atau memang tidak mau mencari tahu agama pun ikut merasakan keber-ada-annya.
Keberadaan dan fenomena agama ini menandakan kenafikan dari nomena agama yang sulit dibuktikan secara universal. Nomena agama sebagai hal yang sakral dan tak terjangkau kini hadir dan dirasa kuat ‘Ada’ nya dengan keadaan yang akhir-akhir ini agama terus diusik dan dibuktikan ke-Maha-Saktian-nya sebagaimana harapan umat terhadap agama.
Bukti kuat agama itu Maha-Sakti sudah sejak awal sejarah umat Yahudi yang menginginkan nomena keberagamaan dapat dibuktikan secara fenomenal, bahkan fenomena Agama Yahudi yang extrim melawan keber-Ada-an Tuhan agar menunjukkan wujudnya pun terjadi dilakukan oleh Bani Israel, umat Yahudi dengan segala Nabi-nya yang hadir pun bahkan mengalami perlawanan yang sangat extrim hingga fisik dan keselamatan para Nabi terancam.
Tidak jarang sejak awal kenabian yang lahir dari keturunan Nabi Ishak harus dibekali Tuhan dengan Kesaktian yang Kuat (baca:Mukzijat), sebagaimana Daud, Sulaiman, Yusuf, Musa dan Isa semua memiliki Kesaktian yg diberikan dari yang Maha Sakti, meski Akhirnya kita tahu bahwa sejarah terakhir keturunan Ishak yang berakhir pada Isa A.s harus mengalami sejarah yang sangat memilukan dengan adanya tragedi ‘Salibis’. Fenomena ini, menandakan betapa panjangnya proses pemahaman agama yang sakral dan ritual menjadi Ke-Mahasakti-an Agama.
Hal ini belum cukup puas hingga Allah SWT menunjukkan ke-MahasaktianNya dgn hadirnya silsilah kenabian dan penutup para Nabi yaitu, Nabi Muhammad Saw sebagai muara keberagamaan yang lahir dari teologis langit dan mendeklarasikan nama ‘Islam’ sebagai manivestasi keselamatan bagi umat yang mau meyakini bahwa Agama itu Sakti dan Ada yang berasal dari Tuhan.
Maka tidak heran jika sejarah Tuhan saja mengalami proses yang begitu panjang dan universal akan terus terjadi perlawanan hingga saat ini ‘jaman now’ di (khususnya: Indonesia). Orang merasa ingin membangkitkan lagi atau mengalami penurunan keyakinan dari ke-Mahasakti-an agama Tuhan dan bahkan terus akan di lawan baik sesama agama bahkan antar agama sekali pun, dan ini akan terus terjadi sampe akhir jaman.
Perlawanan atas kesaktian agama ini menjadi bukti kuat dimana Tuhan sangat berperan, atas nama manusia yang lemah akan selalu mengharapkan pertolongan Tuhan bahkan mereka yang dengan sengaja melawan langsung Tuhan mengharapkan langsung pertolongan-Nya bukan pertolongan yang berasal dari manusia (tapi, ingin Tuhan langsung yang menolong).
Untuk itu, bagi mereka yang masih belum puas akan keber-Ada-an Tuhan dan ke-Saktian-Nya biarkan mereka mencari Tuhan-nya meski kita yg sudah menemukan merasa terusik, apalagi mereka berani menghina nilai-nilai sakral agama. Sehingga ini pelajaran yang sangat berharga bagi umat beragama (apalagi keturunan satu Nabi Ibrahim: Yahudi, Kristen, Islam).
Semakin kuat dan yakin bahwa kebenaran Tuhan-nya sungguh sangat Sakti dan Ada, sehingga biarkan saja mereka terus-terusan menghina dan kita (yang beragama) sudah menegur dengan cara baik-baik, maka Tuhan yang akan langsung menegur bahkan menghukum sebagaimana ; Qobil, Firaun, Qorun, Jalut, Abrahah, dll yang sangat menderita mendapatkan hukuman langsung di dunia, dan apalagi di akhirat kelak.
Jadi, mari kita sadari bersama wahai orang-orang yg merasa paham agama tapi tidak menyadari ada dan sakti-nya yang Maha Sakral untuk terus menumbuhkan intropeksi diri dan mengedepankan nilai-nilai manusia yang lemah, bukan merasa kuat dihadapan manusia, jin, setan, malaikat, bahkan Tuhan yang Maha-Sakti pun kau lawan.
Sekali lagi, bahwa pemikiran ini mengajak siapapun yang merasa beragama agar terus menguatkan keberagamaannya, meski mereka yang ‘tidak’ atau ‘belum’ memahami agama mari berdialog dengan damai sesama manusia, dan jika dialog sesama manusia ini masih dianggap kurang memuaskan, silakan anda sendiri langsung berdialog dengan Tuhan sekalipun melawan-Nya dan rasakan dampak serta akibat-Nya sebagaimana umat-umat sebelum kami. Wallahu A’lam