Bangkitmedia.com, SLEMAN – Pengurus Wilayah Nahdlatul ‘Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY) mengadakan Seminar “Peningkatan Kapasitas Guru Madrasah Diniyah (Madin),Takmir Masjid, Khatib dan Da’i NU di Wilayah DIY. Kegiatan dilaksanakan di Pendapa PP Assalafiyah Mlangi Nogotirto Gamping Sleman, Sabtu (30/11/2024).
Kegiatan yang dibuka Plt Kepala Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY. H Sukamto SH MH menghadirkan narasumber Katib Syuriah PWNU DIY, KH Mukhtar Salim MAg, Kakanwil Kemenag DIY Dr H Ahmad Bahiej SH MHum, dosen UGM yang juga pakar IT H Widyawan ST MSc PhD,serta da’i KH Chasan Abdullah dan KH Edy Mushofa. Diikuti para guru Madin, para pengurus takmir masjid serta para da’i dan da’iyat.
Plt Kepala Biro Bina Mental Spiritual Setda DIY H Sukamto SH MH (kanan) menerima kenang-kenangan dari Sekretaris PWNU DIY Dr Muhajir usai membuka seminar.
Pada kesempatan ini KH Mukhtar Salim mengingatkan agar para da’i NU selalu siap dihubungi masyarakat. Meski sudah terkenal, misalnya, harus tetap mudah dihubungi masyarakat dan tetap diberi peluang bagi masyarakat yang mengundangnya.
Selain itu harus tetap belajar, tidak mengambil materi dari internet atau minta dibuatkan oleh AI. Menurutnya, da’i NU paling punya banyak peluang untuk belajar secara langsung kepada para kiai sehingga bisa menyampaikan materi secara mendalam.
“Materi yang dicari dengan IT jangan jadi rujukan. Hanya untuk membantu saja. Lebih dari itu da’i NU harus mempunyai ciri khas dibanding yang lain,” tegasnya.
Sementara itu H Widyawan menjelaskan, dakwah melalui IT merupakan peluang besar. Sebab 77 persen warga Indonesia merupakan pengguna internet aktif. 60,4 % aktif di sosial media, mayoritas koneksinya menggunakan seluler. Sedang 98% Gen Z memiliki akses internet. Sementara itu Gen Z dan milenial (usia 8-39 tahun) jumlahnya mencapai 53% penduduk Indonesia. Selain itu ada 3,69 santri di 25 pesantren se-Indonesia yang aktif menggunakan internet.
Hanya saja sampai saat ini masih belum banyak da’i NU yang memanfaatkan dunia maya untuk berdakwah. Masih kalah dengan da’i-da’i lain. Karena itu Gus Widi, panggilan akrabnya, mengajak para da’i NU untuk banyak membuat konten dakwah untuk mengisi dunia maya atau dakwah melalui digital, baik video maupun melalui berbagai narasi.
“Dakwah digital cukup pendek-pendek saja, 5-10 menit. Kalau durasinya panjang justru akan ditinggalkan orang. Karena itu harus to the point dan tematik,” kata Gus Widi sambil menambahkan selama ini dakwah di kalangan NU masih lebih banyak yang ‘jiping’ atau ngaji dengan kuping.
Sedang Kakanwil Kemenag DIY Dr KH Ahmad Bahiej SH MHum mengingatkan agar para da’i NU dalam berceramah senantiasa mempedomani SE Menteri Agama Nomor 9 tahun 2023.Dalam SE tersebut ditegaskan, materi ceramah harus mendidik, mencerahkan dan konstruktif. Selain itu juga harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan,hubungan baik intra dan antar umat beragama, dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Juga menjaga Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Tidak bertentangan dengan unsur Suku, Agama Ras, dan antargolongan (SARA). Tidak menghina, menodai, dan’atau melecehkan pandangan, keyakinan, dan praktik ibadah umat beragama serta memuat ujaran kebencian. Tidak memprovokasi masyarakat untuk melakukan tindakan intoleransi, diskriminatif, intimidatif, anarkis, dan destruktif dan tidak memuat kampanye politik praktis. (Lutfi)