Makna dan Hakekat Ikhtiar Obat dan Dzikir Saat Terjadi Wabah.
Ada pertanyaan yang mesti dipahami bersama. Bergunakah ikhtiar obat dan dzikir di saat terjadi wabah?
اعلم أنَّ العلماء اختلفوا هل يُفِيد التَّدَاوي لِلطَّاعُون، وهَل يَنْفَعُ فيه ما ورد من الأدعية والأذكار ونحوها؟
Ulama berbeda pendapat tentang, apakah obat Tha’un berguna? Dan apakah Wirid dan Dzikir yang warid itu ada manfaatnya (untuk menjaga dari Tha’un)?
فذهب جماعة من العلماء إلى أنَّ التَدَاوِي لا يُفِيد مَع الطَّاعُون شيئًا،
Sebagian mereka berpendapat : Bahwa berobat sama sekali tidak ada gunanya untuk mengatasi Tha’un.
وقالوا: إنَّ كل داء بسبب من الأسباب الطبيعية له دواء من الأدوية الطبيعية إلَّا الطَّاعون، فإنه قد أَعْيَى الأَطبَّاء دواؤه.
Mereka berkata : Semua penyakit biasa, pasti mempunyai obat yang biasa digunakan untuk mengatasi penyakit itu, kecuali penyakit Tha’un, karena penyakit yang satu ini sungguh menyulitkan para tabib (dokter) untuk menemukan obatnya.
قال العلَّامة ابن القيم: حتى سَلَّمَ حُذَّاقهم أنه لا دواء له، ولا دافع له، إلَّا الذي خلقه وقدَّره.
Ibnu al-Qoyyim berkata : Sehingga para tabib spesialis pun menyerah dan berkesimpulan “Tidak ada obat untuk penyakit ini, dan tidak ada yang sanggup mengatasinya, kecuali Dzat yang menciptakan dan mentakdirkannya.”
وقال الحافظ جلال السيوطي فيمن مات في الطاعون: وأَكْثَرَ أُنَاسٌ في الطاعون من أشياء لا تُغْنِيهِم، وَأُمُورٍ لا تَعْنِيهِم؛ من ذلك استعمال مأكولات وقَوَابِض، ومُخَفِّفَات وحَوَامِض، وتعليق فصوص، لها في كتب الطب نصوص، وهذا باب قد أعيى الأَطبَّاء، واعترف بالعجز عن مداواته الألِبَّاء.
Al-Hafidz as-Suyuthi mengomentari orang mati karna Tha’un : Orang-orang memperbanyak diri dengan sesuatu-sesuatu yang tidak memberi kecukupan, dan perkara-perkara yang tidak berguna. Diantaranya adalah mengkonsumsi beberapa makanan dan Qobidh (obat, supaya makanan tetap berada di usus atau bagian dalam perut), juga mengkonsumsi makanan peringan (melancarkan pencernaan) dan makanan-makanan asin atau asam, ada juga yang menggantungkan batu akik yang di dalam kitab pertabiban ada penjelasannya; padahal ini merupakan penyakit yang melelahkan para tabib, dan para pakar kesehatan pun mengakui ketidakmampuannya.
وأناسٌ رَتَّبُوا أدعية لم يرد بها حديث ولا أثر، وابتدعوا أذكارًا من عند أنفسهم ونسوا أين المفر، وآخرون تحوَّلوا إلى البحر وشاطئ النهر، وما شعروا أنَّ مجاوزة البحر من أكبر الأسباب المُعِينَة للطاعون طِبًّا، والمُضِرة عند فساد الهواء جسمًا ولُبًّا، إنما يصلح سكن البحر لمن يشكو الغم، أو سُوءَ هَضْمٍ.
Sebagian yang lain menyusun Doa-doa yang tidak bersumber dari Hadits dan Atsar, mengarang dzikir-dzikir dari mereka sendiri dan lupa kemana tempat berlari, ada lagi yang berpindah ke pinggir pantai, tanpa mereka sadari bahwa sebetulnya menyebrang lautan peluang selamat lebih besar, yang cocok menempati pantai adalah mereka yang sedang stres atau mengalami buruknya pencernaan.
قال: ولم أُعَوِّل على ذكر شيء مما ذكره الأَطبَّاء فيما يستعمل أيام الطَّاعون؛ لأنه شيء لا فائدة فيه، وهم إنما بَنَوْا ما ذكروه على ما قَرَّرُوه من أنَّ الطاعون ناشئ عن فساد الهواء، وقد تبيَّن فساد ما قالوه بمجيء الأحاديث النبوية بخلافه، فالأولى طرح ذلك، والتوكُّل على الله سبحانه وتعالي، انتهى.
Berkata (Imam Suyuthi) : Aku belum pernah berpatokan atas penjelasan yang disebutkan para tabib untuk masalah kiat-kiat di hari-hari Tha’un, karena ini sama sekali tidak berfaedah, mereka menjelaskan sedemikian rupa karna mendasarkan keterangannya pada “Bahwa Tha’un muncul sebab rusaknya udara”, dan keterangan mereka keliru karna menyalahi Hadits, yang lebih baik adalah “membuang itu semua, dan bertawakkal kepada Allah SWT”.
[مرعي الكرمي، ما يفعله الأطباء والداعون بدفع شر الطاعون، صفحة ٣٦-٣٧]
___________
Ket foto : Sama dengan kitab di atas, namun menurut Ulama yang mengatakan obat dan Wirid ada manfaat dan bisa mengatasi.
Penulis: Su Kov, tim Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan.
Demikian tentang Makna dan Hakekat Ikhtiar Obat dan Dzikir Saat Terjadi Wabah, semoga manfaat.