Madin Widoro, Bentengi Anak dari Dampak Negatif Media

madin widoro bantul

Madrasah Diniyah Takmiliyah Nur Iman Widoro (NIW), Bantul

            Tayangan-tayangan televisi saat ini banyak menyajikan tontonan yang kurang positif terhadap anak-anak. Adegan pacaran, pergaulan bebas, kekerasan, dan adegan yang tidak mendidik lainnya, adalah tayangan yang bisa merusak moral anak. Oleh karena itu, perlu upaya pencegahan yang masif agar anak-anak terhindar dari bahaya negatif media televisi.

Upaya inilah yang dilakukan oleh Ustad Miftahul Khoir dan masyarakat Dusun Widoro dengan mendirikan Madrasah Diniyah Takmiliyah “Nur Iman Widoro (NIW)”. Berdirinya madrasah yang terletak di Dusun Widoro, Bangunharjo, Sewon, Bantul ini dilatarbelakangi oleh banyaknya tayangan televisi yang tidak mendidik. “Saya dan warga masyarakat ingin agar anak-anak setelah magrib tidak nonton televisi, tetapi ngaji bersama-sama. Harapannya mereka bisa terhindar dari dampak negatif televisi,” tutur Ustad Miftah saat diwawancarai Tim Bangkit, (2/12/14).

Kak Coy, panggilan akrab Ustad Miftahul Khoir, juga menuturkan bahwa Madin NIW berdiri juga sebagai wadah bagi anak-anak yang sudah lulus ngaji di TPA. “Biasanya mereka malu kalau disuruh ngaji karena merasa sudah besar. Apalagi kalau sudah usia SMP, mereka tidak mau ngaji lagi. Dengan adanya Madin NIW, sekarang anak-anak itu mau ngaji,” tandas Kak Coy.

Berdirinya Madin NIW ini merupakan kelanjutan dari TPA An-Nahdliyyah Nur Iman Widoro. Kegiatannya juga berkesinambungan. Mulai dari sore hari pukul 16.30-17.30 WIB, anak-anak mengikuti kegiatan TPA. Kemudian kegiatan Diniyah dimulai dari pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.30 WIB. Dari pukul 18.00-19.30 WIB, anak-anak mengikuti shalat magrib berjamaah di masjid, lalu dilanjutkan dengan ngaji. Pelajaran yang diberikan kepada para santri antara lain fiqh, nahwu&sharaf, bahasa arab, tauhid, akhlaq, al-Quran, serta bahasa inggris dan bahasa jawa.

“Dari pukul 19.30-20.00 WIB para santri melaksanakan shalat isya’ berjamaah, dilanjutkan dengan wiridan bersama, shalat ba’diyah, dan shalat witir. Mereka shalat sendiri dengan diimami oleh ustad yang ngajar, tidak ikut jamaah dengan warga. Hal ini agar memudahkan memantau perkembangan santri dalam melaksanakan shalat,” Kak Coy menjelaskan.

Setelah selesai shalat isya’, para santri tidak langsung pulang. Mereka masih memiliki jadwal sampai pukul 20.30 WIB, yakni belajar bersama. Materi yang dipelajari adalah pelajaran sekolah masing-masing. Hal ini menurut Kak Coy bertujuan agar santri fokus dalam belajar, sebab kalau di rumah biasanya tidak belajar, tetapi nonton televisi.

Selain jadwal ngaji di malam hari, para santri juga memiliki jadwal ngaji pagi, yakni dari pukul 05.00 WIB sampai pukul 05.30 WIB. Materi yang diajarkan adalah kitab kuning seperti kitab Daqiqul Akbar. “Dengan ngaji pagi harapannya santri bisa bangun lebih pagi, tidak telat sekolah, dan tidak meninggalkan shalat subuh,” Kak Coy melanjutkan.

Dengan jadwal yang padat seperti ini, para santri Madin NIW terlibat aktif ngaji di masjid sejak sore hari sampai pagi. Di pagi mereka sekolah sampai siang. Praktis waktu mereka dihabiskan untuk sekolah dan ngaji sehingga tidak banyak waktu untuk nonton televisi.

Desa Pesantren

Bagi Kak Coy, target dari Madin NIW kedepan adalah membangun Widoro menjadi “desa pesantren”. Yakni desa religius yang memiliki spirit seperti pesantren. Untuk mewujudkan target ini, Kak Coy senantiasa menjalin kerjasama dengan warga. Kak Coy juga hendak menjadikan para orang tua sebagai pengasuh, minimal pengasuh untuk anaknya masing-masing.

Saat ini, banyak warga yang terlibat dalam kepengurusan Madin NIW. Mereka senantiasa menjadi pengayom dan penggerak Madin NIW.  Berikut sekilas kepengurusan Madin NIW :

  • Pelindung : Kepala Dukuh
  • Penasehat : Kasidjo (Ta’mir Masjid Nur Iman)
  • Kepala : Widarto Sutrisno, ST., MT
  • Waka Kurikulum : Miftahul Khoir (cak Coy)
  • Bimbingn&Konseling : Hadi Suyono, S.Ps., M.Si, dan Widodo Sutrisno, S.Pd

Untuk guru-guru diambilkan dari pesantren dan guru lokal dari dusun Widoro sendiri.

 

Capaian Madin NIW

Madin NIW saat ini sudah mulai menampakkan perkembangan signifikan. Capaian demi capaian mulai terealisasi. Dari sisi fisik, Madin NIW telah memiliki 5 kelas, yakni Ula 1, Ula 2, Ula 3, Ula 4, dan Wustho 1. Adapun dari sisi spiritual, anak-anak mudah diatur dan diarahkan untuk mengaji. Mereka juga lebih mengutamakan ke masjid untuk ngaji dari pada ngobrol di tempat yang tidak jelas, apalagi di depan televisi.

Di sisi lain, warga masyarakat semakin terlibat aktif mendukung kegiatan masjid. “Masyarakat mulai menyadari bahwa ketidakberhasilan anak dalam mencapai prestasi di sekolah itu bukan karena kegiatan mengaji di masjid, melainkan karena perkembangan teknologi dan tayangan televisi,” tandas Kak Coy.

Bagi para santri juga disediakan hadroh sebagai wadah berekspesi. Saat ini hadroh menjadi tradisi baru dan budaya baru anak-anak sebagai hiburan dan media pendidikan. Hadroh yang ditampilkan Madin NIW menampilkan lagu-lagu yang trend di media, kemudian digubah dan disesuaikan dengan lagu sholawatan atau syi’iran yang memberikan makna dan pelajaran. (Anas)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *