Macam macam Mati Syahid Serta Penjelasannya
Pertama, syahid dunia akhirat.
Yaitu orang yang meninggal dalam perang di jalan Allah yang niatnya Karena menggapai ridla Allah.
Orang ini tidak boleh dimandikan Dan dishalati. Tapi wajib dikafani Dan dikubur.
Kedua, syahid dunia.
Yaitu orang yang meninggal dalam peperangan di jalan Allah, tapi tujuannya adalah mencari dunia (ghanimah-rampasan perang), bukan menggapai ridla Allah.
Orang ini tidak boleh dimandikan Dan dishalati. Tapi wajib dikafani Dan dikubur.
Ketiga, syahid akhirat.
Yaitu orang yang meninggal dalam banyak kondisi. Antara lain:
1. Perempuan yang meninggal dalam proses melahirkan anak, meskipun dari perbuatan zina.
2. Orang yang meninggal dalam keadaan tenggelam.
3. Orang yang meninggal dalam keadaan tertimbun tanah.
4. Orang yang meninggal dalam keadaan terbakar.
5. Orang yang meninggal dalam keadaan terisolasi-terasing.
6. Orang yang meninggal dalam posisi teraniaya.
7. Orang yang meninggal dalam posisi sakit perut (perut besar karena dizalimi orang).
8. Orang yang meninggal saat ada tha’un (wabah) yang dihadapi dengan sabar Dan mengharap ridla Allah.
9. Orang yang wafat dalam keadaan menuntut ilmu.
10. Orang yang meninggal dalam kondisi memendam rasa rindu dengan tetap menjaga diri, baik penglihatan atau yang lain dari hal-hal yang dilarang agama.
Orang-orang yang masuk syahid akhirat ini wajib dimandikan (atau gantinya Mandi, yaitu tayammum jika tidak mungkin karena alasan kesehatan), dikafani, dishalati, dan dikubur.
Demikian ulasan khusus terkait Macam macam Mati Syahid Serta Penjelasannya. Semoga Macam macam Mati Syahid Serta Penjelasannya bermanfaat. Amin ya rabbal ‘alamin
Hasyiyah I’anatut Thalibin, Juz 2, h. 108
Penulis: Jamal Ma’mur Asmani, alumnus Perguruan Islam Mathali’ul Falah (PIM) Kajen Pati.
Baca pula artikel terkait
Ketaatan Sahabat Kepada Rasulullah Yang Membuatnya Mati Syahid
Pada zaman Rasulullah SAW hiduplah seorang pemuda bujangan yang bernama Zahid yang berusia sekitar 35 tahun, tinggal di Suffah masjid Madinah. Kemudian Rasulullah SAW menghampirinya dan bertanya:
“Wahai Zahid berapa usiamu saat ini? Tanya Rasulullah.
Zahid menjawab: “Usiaku saat ini sudah 35 tahun ya Rasulullah!”
Lalu Rasulullah menyuruhnya untuk segera menikah: “Wahai Zahid sahabatku, mengapa engkau masih membujang? Pergilah cari wanita mana yang engkau sukai lalui menikahlah dengannya?”
Zahid pun menjawab: “Ya Rasulullah, aku ini seorang yang tidak mempunyai pekerjaan tetap dan wajahku jelek, siapa yang mau denganku ya Rasulullah?”
Kemudian Rasulullah SAW meminta sahabat untuk membuat surat lamaran kepada wanita yang bernama Zulfah binti Said, anak seorang bangsawan Madinah yang terkenal kaya raya dan terkenal sangat cantik jelita.
Ketika surat itu diberikan kepada Said ayah Zulfah, agak terperanjat karena tradisi bangsa Arab pernikahan selama ini biasanya seorang bangsawan harus menikah dengan keturunan bangsawan dan yang kaya harus menikah dengan orang kaya, itulah yang dinamakan SEKUFU.
Dan ketika Zulfah datang, dia berkata: “Wahai anakku, ini adalah seorang pemuda yang sedang melamar engkau supaya engkau menjadi istrinya.” Kata ayahnya.
Di saat itulah Zulfah melihat Zahid sambil menangis sejadi jadinya dan berkata:
“Wahai ayah, banyak pemuda yang tampan dan kaya raya semuanya menginginkan aku, aku tak mau ayah!” dan Zulfah merasa dirinya terhina.
Maka Said berkata kepada Zahid: “Wahai saudaraku, engkau tahu sendiri kan, bukan aku tidak mau, bukan aku menghalanginya dan sampaikan kepada Rasulullah bahwa lamaranmu ditolak.”
Mendengar nama Rasulullah disebut ayahnya, Zulfah pun berhenti menangis dan bertanya kepada ayahnya: “Wahai ayah, mengapa membawa bawa nama Rasulullah?”
Akhirnya Said berkata: “Ini yang melamarmu adalah perintah Rasulullah.”
Maka Zulfah istighfar beberapa kali dan menyesal atas kelancangan perbuatannya itu dan berkata kepada ayahnya:
“Wahai ayah, kenapa tidak sejak dari tadi ayah katakan bahwa yang melamar ini Rasulullah, kalau begitu segera aku harus menikah dengan pemuda ini.
Karena ingat firman Allah: “Sesungguhnya jawaban orang orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasulnya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. Kami mendengar, dan kami patuh/taat”. Dan mereka itulah orang orang yang beruntung.” (QS. An Nuur 51)
Zahid pada hari itu merasa jiwanya melayang ke angkasa sesampai di masjid ia bersujud syukur. Dikarenakan Zahid tidak mempunyai sedikit pun harta maka Rasulullah menyuruhnya pergi ke Abu Bakar, Ustman, dan Abdurrahman bin Auf.
Setelah mendapatkan uang yang cukup banyak, Zahid pergi ke pasar untuk membeli persiapan Pernikahannya. Dalam kondisi itulah Rasulullah SAW menyerukan umat Islam untuk menghadapi kaum kafir yang akan menghancurkan Islam.
Ketika Zahid sampai di masjid, dia melihat kaum Muslimin tangah bersiap siap dengan perlengkapan senjata, Zahid bertanya:
“Ada apa ini?”
Sahabat menjawab: “Wahai Zahid, hari ini orang kafir akan menghancurkan kita, maka apakah engkau tidak mengerti?”
Zahid istighfar beberapa kali sambil berkata: “Wah kalau begitu perlengkapan kawin ini akan aku jual dan akan ku belikan kuda yang terbagus.”
Para sahabat menasehatinya: “Wahai Zahid, nanti malam kamu berbulan madu, tetapi engkau hendak berperang?”
Zahid menjawab dengan tegas: “Itu tidak mungkin!”
Lalu Zahid menyitir ayat di surat At Taubah sebagai berikut:
“Jika bapak-bapak, anak-anak, suadara-saudara, istri-istri kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih baik kamu cintai dari pada Allah dan Rasulnya (dari) berjihad di jalannya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.” (QS. At Taubah 24)
Zahid ikut peperangan namun akhirnya Zahid mati syahid di jalan Allah. Rasulullah berkata:
“Hari ini Zahid sedang berbulan madu dengan bidadari yang lebih cantik dari pada Zulfah.”
Lalu Rasulullah membacakan Ayat; “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikannya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Ali ‘Imran 169-170) Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati, bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS. Al Baqarah 154)
Pada saat itulah para sahabat meneteskan air mata dan Zulfah pun berkata:
“Ya Allah, alangkah bahagianya calon suamiku itu, jika aku tidak bisa mendampinginya di dunia izinkanlah aku mendampinginya di akhirat.”
Subhaanallah bagaimana Zahid dan Zulfah memperlihatkan apa yang datang dari Allah dan Rasulnya lebih utama dari keinginan mereka. Sudahkah kita mengutamakan apa yang datang dari Allah dan Rasulnya?
Semoga kita termasuk orang-orang yang “Sami’naa wa atho’naa, kami dengar dan kami ta’at!”. Insya Allah siap!
Demikian Ketaatan Sahabat Kepada Rasulullah Yang Membuatnya Mati Syahid. Semoga Bermanfaat.
Sumber: Pencari ilmu