Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
BANTUL– Pesantren Lintang Songo berdiri pada tahun 1991 oleh KH. Heri Kuswanto bin KH Muhammad Zaidan. Pada bulan Mei 2006, dosen fakultas kehutanan UGM, San Afri Awang mendatangi pesantren ini dan memberi julukan nama Islamic Studi Center (ISC). Akhirnya nama itu masih eksis terpampang sampai saat ini.
Pesantren ini memiliki mitra yang banyak. Tercatat 12 mitra yang sudah bekerja sama dengan pesantren ini, diantaranya Menteri Agama (pesantren vokasional), Menteri Pendidikan (pesantren PLK), Menteri Pertanian (Ketahanan Pangan LM3), Menteri Kehutanan (Ekosistem pesantren), Menteri Tenaga Kerja (komputer, LCD, internet), Menteri Sosial (konveksi dan menjahit), Menteri Kesehatan (pos kesehatan), Menteri Sosial (orsos/santunan), Perguruan tinggi (UGM, UIN, UMY, IIQ, Surya Global), perusahaan (PT. Multi Sera Group, PT. Asia), dan pemda (diklat dan training).
Kiai yang memasyarakat ini mempunyai motto hidup “Siapa lagi kalau bukan kita.” Ia sangat peduli terhadap lingkungan dan ingin membentuk santri-santrinya berakhlaq mandiri dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Seperti yang tertulis dalam visi pesantren yaitu : Kualitas, mandiri dan bermanfaat. Serta visi : (1) Mendidik santri memahami Islam secara kaffah (2) Mendidik santri berketerampilan (3) Mendidik santri berkepedulian sosial yang tinggi.
Beliau banyak disoroti berbagai media dan dilirik banyak kalangan karena keunikan pesantren dan kontribusinya terhadap pembangunan sosial masyarakat. Bahkan ia pernah diberi penghargaan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. “Kunci kesuksesan yang pertama memang dari Allah. Kita hanya diberi kemudahan oleh-Nya. Yang kedua, karena kita punya mitra. Pengeluaran per bulan yang hampir 23 juta untuk keperluan santri itu kita tidak pernah minta dari mitra,” tegasnya dalam acara Dakwah Pasar Modal Syariah pada hari Selasa (17/07) di pesantren Lintang Songo.
Dalam pemaparannya, beliau mengisahkan bahwa jalan yang kedua yaitu dengan cara berbisnis sebagai bentuk ikhtiar. Kemudian bermodalkan dekat dengan masyarakat. Maka pesantren ini juga disebut dengan pesantren komunitas karena menyatu dengan masyarakat. (Fadlan)