Konsep 3N Untuk Berdamai Dengan Pandemi
Dibalik keberanian pemerintah merespon wabah dunia. Berdamai dengan covid-19 menjadi strategi budaya pencegahan dan pembebasan. Hal ini pun sesuai dengan amanat presiden republik Indonesia, Joko Widodo.
Begitupun perihal protokol kesehatan yang harus kita lakukan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan sebagainya. Ajaran ini pun sesuai dengan konsep pendidikan yang diajarkan Ki Hadjar Dewantara ngerteni (mengetahui), ngeroso (merasa), ngelakoni (melakukan) atau biasa disingkat dengan ā3Nā. Adapaun maknanya sebagai berikut.
Pertama, ngerteni atau learning to know (belajar untuk mengetahui).
Covid-19 merupakan virus baru dan menular, yang oleh WHO dinyatakan sebagai pandemi dunia. Kita pun harus mengetahui dan melek akan informasi Covid-19, tanpa menakut-nakuti dan tegang. Perkara sedang diproses obatnya itu hanya soal waktu dan keberuntungan. Toh kita musti yakin semua penyakit ada obatnya, semua bala` ada penangkalnya. Oleh karenanya, pemimpin sekarang sedang melakukan pendekatan budaya melalui berdamai, dan melakukan kebiasaan baru dengan era kenormalan secara nasional.
Kedua, ngeroso atau learning to heart (belajar ke hati atau merasakan), lalu learning to do (belajar melakukan).
Merasakan dalam arti gerak kongkrit, hati, fikiran, dan tindakan harus berpadu dalam amal perbuatan. Covid-19 ini secara keilmuan memang benar-benar ada dan telah menjajah kemerdekaan beraktifitas. Namun demikian kita tidak boleh terkunci dalam kemandekan, diam dalam kelesuan dan kemalasan. Jangan sampai Covid-19 menambah kemelaratan dan kerugian. Oleh karenanya, melakukan aktifitas produktif, menjaga alam, dan melaksanakan kebiasaan baik dalam kenormalan baru, itu juga termasuk berdamai dengan covid-19.
Ketiga, ngelakoni atau learning to be (belajar menjadi), lalu learning to live (belajar untuk hidup).
Covid-19 tidak nampak bukan berarti tidak ada, lalu diabaikan, apalagi diremehkan, ataupun disangsikan. Ini pun dapat berdampak buruk, akibat nyatanya banyak korban meninggal karena meremehkan perihal tersebut. Bukankah Allah menciptakan makhluknya bermacam-macam? Seperti ada yang nampak, ada pula yang kasat mata, ada yang gaib pula yang garib, ada juga tidak nampak oleh panca indera, dan sebagainya. Kita pun wajib meyakini kekuasaan Allah atas makhluknya. Oleh karenanya, menjadikan hari-hari dengan kebiasaan baik, menjalani kehidupan sebagaimana ritme alam, tentunya mengikuti alur pemerintah dengan menaati protokol kesehatan adalah cara baik berdamai dengan covid-19.
Selanjutnya, ngelakoni, atau learning to live (belajar untuk hidup). Ini sebagai penanda berkah atau tidaknya kehidupan. Kita mewarisi darah semangat juang leluhur. Kebiasaan baik yang terkubur lama kita gali kembali, dukungan itu begitu kuat dan ampuh. Tidak semua lini produktifitas kehidupan dikunci wabah covid.
Bukankah kitab suci kita mewartakan manusia sebagai makhluk paling sempurna dan istimewa? Oleh karenanya, hidup merupakan kenikmatan luar biasa yang diberikan oleh Allah swt. dan tentunya kebersihan apapun harus kita jaga, karena sesuai pedoman hadist bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Protokol kesehatan ini pun masuk sebagai strategi pencegahan pandemi covid-19.
Berdamai dengan covid-19 bukan lah tanpa resiko. Protokol kesehatan memandu aktivitas baru, termasuk membuka perdamaian. Protokol kesehatan juga menjadi benteng terdepan kita semua agar virus yang berasal dari Wuhan ini tidak menyerang atau menginfeksi.
Kiyai, santri, pejabat berpangkat, rakyat, petani, pedagang dan sebagainya harus menerima seruan pemimpin. Menjaga kesehatan, memelihara kekuatan, mementingkan keselamatan merupakan upaya produktif protokol kesehatan. Kesadaran personal dan nasional menjadi kekuatan baik bersama, agar Indonesia bebas dari pandemi dunia dan kehidupan berbangsa normal kembali seperti sedia kala.
Kehidupan normal pun dilakukan oleh Ahmad Najih, seorang petani ikan di Serangrejo, Kulwaru, Wates, Kulonprogo, Jogjakarta. Ia terus bekerja keras menaklukkan kesulitan meski dalam kelesuan ekonomi. Pria yang juga jago berkuda ini setiap harinya berjibaku mempertahankan sumber mata pencaharianya, memastikan roda ekonomi keluarga tetap berputar dan menghasilkan.
Najih pun turut serta berdamai dengan covid-19. Bukan melawan ataupun mengeluh atas virus tersebut, tapi ia tetap terus berjuang dan tetap syukur atas kenikmatan yang ia jalani.
Kemudharatan yang lebih besar dapat dihilangkan dengan kemudharatan yang lebih kecil. Berdamai menjadi cara alami dapat menggiring kembali penyakit menular ini. Semoga pilihan berdamai ini membuat diangkatnya wabah pandemi dunia, Indonesia khususnya. Berdamai untuk menuju keselamatan, dan tentunya untuk kemenangan kita semua. Merdeka!
Demikian Konsep 3N Untuk Berdamai Dengan Pandemi. Semoga bermanfaat.
Penulis: Fauzan Satyanegara, Pengamat sosial dan Praktisi Pendidikan di SD NU Sleman Yogyakarta