Mondok sehari-semalam
Datanglah seorang ayah beserta anaknya menghadap kepada Kiai.
“Kiai, kami ingin memondokkan anak kami ini, tapi cuma semalam. Besok pagi mau dipamitkan pulang.”
Sang Kiai terkejut, “kok cuma semalam?”
“Ya, Kiai, karena kami punya niat (nazar) untuk memondokkan anak kami di pesantren ini. Tapi tak kunjung terlaksana. Sampai dewasa dan akhirnya 2 hari lagi anak kami ini akan menikah.”
Sang Kiai terdiam. Seolah memikirkan nasib calon santri ini jika diterima. Kalau diterima ia akan mendapatkan apa, kan hanya semalam. Kalau ditolak juga bagaimana, karena belum pernah Kiai menolak santri.
“Maaf Kiai, mohon terimalah permohonan kami ini.” Lelaki paruh baya yang akan memondokkan anaknya ini kembali bersuara, membuyarkan renungan Kiai.
“Baiklah,” kata Kiai. “Tapi dengan syarat jangan pulang besok pagi jika belum mengkhatamkan Al-Qur’an.”
Mendapat syarat seperti itu ayah dan anaknya terlihat bingung. Setelah berdiskusi cukup panjang, ayah dan anak ini akhirnya menerima syarat dari Kiai.
Keesokan harinya tepat pada waktu sore, santri baru itu telah khatam. Lalu pamit pulang. Karena besok akan menikah.
Terima kasih telah melunasi hutang nazar kami, Kiai.
Demikianlah oleh-oleh dari temu Alumni Santri Annuqayah Lubangsa Selatan, Kamis (13/6/2019). Disadur dari cerita pengasuh saat sambutan.
Penulis: Masykur Arif Rahman, Alumni Pesantren Annuqayah Lubangsa Selatan, Sumenep Madura.