Kisah Nabi Muhammad 5: Ibunda Aminah Berziarah ke Makam Abdullah

Muhammad 3

Akhirnya Muhammad hidup sehari-hari bersama ibundanya, Aminah putri Wahb, juga bersama kakeknya, Abd Al-Muthallib. Ia merasakan sentuhan kasih-sayang ibunda Aminah yang begitu dalam, setelah empat tahun hidup bersama Halimah Sadiyah di perkampungan Thaif.

Ummu Aiman, seorang perempuan yang turut membantu Aminah mengasuh Muhammad bercerita, “Ketika usia Muhammad menginjak 6 tahun, Aminah merasakan kerinduan yang sangat akan kehadiran Abdullah, suami yang telah meninggalkannya untuk selamanya. Abdullah meninggal di Madinah ketika perjalanan pulang dalam sebuah ekpedisi dagang ke Gaza. Saat itu, Aminah mengandung Muhammad, menunggu dengan harap kepulangan suaminya, untuk bersama menyambut kelahiran putranya. Aminah merencanakan pergi ke Madinah untuk berziarah ke makam Abdullah.”

“Sesampainya di Madinah, setelah perjalanan yang melelahkan, selang beberapa hari, datang kepada kami dua orang laki-laki dari kalangan Yahudi Madinah. Keduanya berkata, “Bawa keluar anak itu, biarkan kami melihatnya.” Keduanya memperhatikan Muhammad dengan seksama, dari segenap arahnya. Salah satu keduanya berkata, “Anak ini adalah Nabi umat manusia, dan kota ini adalah tempatnya berhijrah, akan terjadi pembunuhan dan penawanan terhadapnya. akan ada berita besar.”

Ketika Aminah mendengar hal itu, ia bergegas mengajak Ummu Aiman untuk saat itu juga beranjak meninggalkan Madinah, meski kondisinya sakit dan keluarga paman-pamannya melarangnya. Tapi Aminah sudah berketetapan hati, hatinya risau dan merasa khawatir dengan keberadaan Muhammad dari orang-orang jahat kalangan Yahudi Madinah di kemudian hari. “Mari berangkat, Ummu Aiman.” Ajak Aminah.

Saran paman-pamannya dari keluarga trah Al-Najjar supaya Aminah mengurungkan niatnya, sehingga bisa beristirahat dan tinggal beberapa hari lagi di Madinah sampai ia benar-benar sembuh kembali, tidak menghentikan ketetapan hati Aminah untuk berangkat saat itu juga.

Aminah, Ummu Aiman dan Muhammad pun beranjak meninggalkan kota Madinah menuju Makah. Ketiganya terlebih dahulu menuju makam Abdullah di Dar Al-Nabighah untuk berziarah dan menyampaikan salam perpisahannya.

Aminah yang masih memendam kerinduan mendalam dengan suaminya, seakan berat untuk bangkit dan beranjak pergi. Terdengar tangisan Aminah yang tumpah di atas pusara Abdullah, cukup lama. Muhammad duduk di samping Aminah, ikut menangis karena tetesan air mata ibundanya. Hari itu, ia tidak tahu apa yang akan terjadi esok, ketika mereka bertiga harus menapaki perjalanan yang berat, dari Madinah menuju Makah.

Penulis: Gus Anis Mashduqi, Sekretaris LBM PWNU DIY

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *