Kisah Abu Nuwas dan Kampret
Abu Nuwas sebenarnya pucat pasi saat menuju istana, tapi dia pura-pura tenang. Dia sadar penguasa Baghdad akan memenggal kepalanya jika dia tak bisa menjawab pertanyaan Khalifah. Dari bocoran orang dalam istana, Abu Nuwas tahu pertanyaannya tak jauh dari sekitar kampret. Tapi apa bentuk pertanyaannya?
Benar saja, saat memasuki istana, Abu Nuwas melihat dua algojo di samping kanan kiri khalifah berdiri sambil menghunuskan pedang. Tapi dia pura-pura tak melihat dua mesin pembunuh itu dan balik tersenyum menyapa khalifah.
”Kamu sudah siap, Abu Nuwas?” tanya khalifah dengan nada dingin.
”Saya tak segan membunuh kamu jika kamu tak mampu menjawab pertanyaan saya.”
Abu Nuwas cuma menganggukkan kepala lalu duduk lemas.”Abu Nuwas, kamu terkenal cerdas. Coba jawab pertanyaan saya dengan cepat, sebenarnya kampret itu burung, serigala, atau tikus?”
Terus terang Abu Nuwas kaget bukan main. Dia tak mengira pertanyaan Harun akan seperti ini.
”Menurut saya kampret itu burung, paduka. Buktinya mereka bisa terbang,” jelas Abu Nuwas dengan nada meyakinkan.
”Hah, jangan bohong kamu, Kalau mereka burung, mengapa tidak terbang di siang hari?”
Abu Nuwas makin pucat.
”Saya tak yakin. Jangan-jangan kamu sedang membohongi saya. Menurut saya, kampret itu serigala. Lihat saja muka mereka mirip serigala,” jelas Harun sambil melihat orang-orang di sekitarnya mencari dukungan.
”Ah benar, kampret itu jenis serigala, paduka, bukan burung,” kata Abu Nuwas buru-buru. Tapi khalifah kecewa mendengar penjelasan Abu Nuwas.
”Ah, kamu ini kayaknya cuma ingin menyenangkan hati orang tapi tak memberi jawaban yang pasti,” tegas Harun.
”Masa kampret mirip serigala? Menurut saya, kampret itu masuk ke dalam jenis tikus. Lihat saja wajah mereka mirip tikus.”
Abu Nuwas kontan terhenyak. Dia baru sadar wajah kampret memang mirip tikus, tapi bukankah mereka bisa terbang?
”Benar paduka yang mulia, kampret itu adalah tikus, tapi mereka bisa terbang. Jadi namanya ”Tikus terbang”.
Tak diduga, jawaban Abu Nuwas justru membuat khalifah marah.
”Abu Nuwas, kamu main-main dan tidak secerdas yang saya duga. Saya bilang kampret bukan burung, kamu setuju. Saya katakan kampret adalah serigala, kamu setuju. Sekarang saya bilang kampret adalah tikus, kamu juga setuju. Algojooooo, siaaap?”
”Sabar paduka yang mulia, semua jawaban saya itu bukan tanpa alasan,” sergah Abu Nuwas ketakutan melihat dua algojo menghampirinya.
”Dari tiga kali sanggahan paduka pada saya, itulah kampret sesungguhnya. Paduka sengaja saya biarkan jadi kampret!”
”Maksud kamu?”
”Ya, bukankah barusan paduka sudah jadi kampret, selalu tidak tegas menilai sesuatu dan terkadang seenak udel? Pertama paduka bilang kampret bukan burung, lalu paduka bilang serigala, lalu paduka bilang tikus. Jadi apa itu kampret? Bukankah paduka sudah menjawabnya?”
Khalifah Harun terdiam. Dia tersadar pertanyannya kepada Abu Nuwas ternyata sudah dia jawab sendiri. Kurang ajar, katanya sambil tersenyum. Tapi dia tetap menghampiri Abu Nuwas lalu berbisik:
”Abu Nuwas, aku yang berdiri tegap saja di istanaku masih plintat-plintut menjawab pertanyaanku sendiri, bagaimana dengan kampret yang selalu tidur bergelantungan lalu melihat dunia terbalik?”
Abu Nuwas tersenyum lalu buru-buru pamit. Dia ngeri, bukan kepada dua algojo berpedang itu, tapi kepada kampret di hadapannya.
_________________
Semoga artikel Kisah Abu Nuwas dan Kampret ini dapat memberikan hiburan kepada kita semua agar tidak terlalu tegang dalam menjalani dan membaca berita setiap hari.. ahahaha
simak artikel terkait di sini
kunjungi channel youtube kami di sini