Kiai Wahab, Perjanjian Renville dan Tiga Tokoh Sumpah Pemuda yang Memberontak

Berbekal Kisah Semut Kecil, Mbah Wahab Damaikan Sunni-Syi'ah

Kiai Wahab termasuk tokoh yang mendukung untuk masuk kabinet Hatta walau pemerintah terpaksa menerima perjanjian Renville (1948) yang merugikan itu.

Perjanjian Renville ini menimbulkan penentangan oleh anak bangsa yang terlibat sumpah pemuda dan akhirnya memicu pemberontakan. Kartosuwiryo melakukan pemberontakan karena menganggap perjanjian Renville ini merugikan umat dan bangsa. Karena konsekuensinya wilayah Indonesia tinggal Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera. Akhirnya tentara (yang di dalamnya juga terdapat Hizbulloh) harus memecah kekuatan: melawan agresi Belanda dan menumpas DI/TII.

Tidak hanya Kartosuwiryo, Amir Sjarifuddin juga melakukan pemberontakan PKI di Solo dan Madiun tahun 1948. Amir Sjarifuddin yang juga tokoh sumpah pemuda mulai menentang pemerintah karena dia diberhentikan oleh Soekarno dari jabatan perdana menteri. Dia dianggap gagal memperjuangkan kepentingan Indonesia di Perjanjian Renville. TNI dan Hizbulloh akhirnya menumpas pemberontakan ini.

Dengan demikian, Perjanjian Renville “memakan” korban dua tokoh sumpah pemuda yang akhirnya menjadi pemberontak.

Masih ada tokoh sumpah pemuda lagi yang memberontak, tapi lain faktor pemicu. Muhammad Yamin ikut dalam upaya kudeta yang gagal (1946) karena kecewa dengan kinerja kabinet Syahrir yang dinilai terlalu akomodatif terhadap keinginan Belanda.

Kembali ke Kiai Wahab, beliau adalah tokoh moderat (terlihat dari perjanjian Renville), tapi bisa tegas (saat keluar dari Masyumi dan melawan PKI). Tapi tetap harus diingat, ketegasannya adalah di titik akhir setelah sikap moderat buntu dilakukan. Menariknya lagi, untuk mempengaruhi agar tokoh Muhammadiyah mau ikut gabung di kabinet Hatta yang menerima perjanjian Renville, Kiai Wahab masih tetap sempat guyon khas NU (baca lebih lanjut di buku Tambakberas).

Refleksi:
Anda yang tidak ikut sumpah pemuda dan tidak ikut berjuang untuk berdirinya NKRI, lalu mau mengganti NKRI dengan khilafah atau mau mengganti Pancasila? Apa kata dunia??? Kartosuwiryo yang pejuang melawan Belanda saja ditumpas karena memberontak yang memakan korban puluhan ribu jiwa. Demikian pula dengan Amir Sjarifuddin juga ditumpas.

Sumber:
1. Buku Tambakberas: Menelisik Sejarah, Memetik Uswah
2. Kompas 4 November 2018

(Penulis: dr. Ainur Rofiq Al Amin, PP. Bahrul Ulum Tambakberas Jombang)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *