SLEMAN, BANGKITMEDIA.COM
Gus Dur adalah orang paling fenomenal di Indonesia. Orang yang dibenci dan dimusuhi oleh semua pihak yang terancam kepentingannya. Sekaligus dicintai oleh siapa pun yang tidak terancam. Dan dirindukan oleh semua pihak, termasuk yang dulu mencaci maki.
Demikian penuturan KH. Hasan Abdullah, Katib Syuriah PWNU DIY, dalam sambutannya di acara Tahlil Kebangsaan dan Parade Shalawat dalam rangka Sewindu Haul Gus Dur, Sabtu malam (20/1/18). Kiai Hasan juga menyampaikan bahwa ada satu statemen Gus Dur yang selalu diingat, yakni orang yang mencintai manusia adalah orang yang mencintai penciptanya. Sementara orang Yang merendahkan manusia adalah orang yang merendahkan dan menistakan penciptanya.
“Saya membaca statemen itu, yang diucapkan oleh Gus Dur di awal reformasi. Saya bertanya apa ada dasarnya Gus Dur bilang seperti itu? Rupanya dalam hadis disebutkan, tidak masuk surga kecuali orang yang memiliki kasih sayang. Ketika sahabat mendengar, mereka menjawab, kami semua penyayang. Nabi menjawab, yang aku maksudkan bukan kasih sayang pada isiri, anak, dan lain-lain. Sesungguhnya kasih sayang adalah jika kalian menyayangi semua manusia,” tutur Kiai Hasan di Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Terkait hadis tersebut, lanjut Kiai Hasan, di dalam Syarahnya, Imam Nawani turut memberi komentar. Karena itu, beliau mengajak untuk menyayangi semua makhluk Allah, karena mereka adalah hamba-hamba Allah. Dalam hal ini, Kiai Hasan merasakan bahwa Dus Dur adalah manusia yang senyata – nyatanya manusia. Gus Dur bukan manusia berwatak malaikat. Gus Dur bukan setan yang berwajah manusia. Gus Dur juga bukan setan yang berwajah ilmuaen. Gus Dur bukan pula manusia berwajah kiai. tetapi Gus Dur adalah sebetul – betulnya manusia.
“Gus Dur sangat peka merasakan derita saudaranya. Gus Dur adalah orang yang siang malam memikirkan kemaslahatan bangsanya. Kalau kita mengenal Gus Dur pendekar dalam keberagaman. Bukan persoalan pluralisme saja. Gus Dur memperjuangkan hak – hak dari semua warga negara Indonesia, dari orang paling tidak bisa makan sampai orang yang bisa makan. Saya pikir apa yang diperjuangkan Gus Dur adalah apa yang menjadi perasaan dan apa yang jadi pikiran keinginan manusia,” lanjut pengasuh Pesantren Assalafiyyah, Mlangi, tersebut.
Di akhir sambutannya, Kiai Hasan yang mewakili PWNU DIY sangat berharap agar apa yang diperjuangkan Gus Dur selama ini tidak dipahami tekstual saja, tetapi lebih dipahami secara mendalam dari sisi maknanya. Menjadi Gusdurian tidak sekedar untuk prestise. Pilihan menjadi Gusdurian adalah soal pilihan atas hidup dan pilihan hidup itu sendiri. Sahabat Gusdurian, tutur Kiai Hasan, tidak hanya fans yang mencintai Gus Dur seperti fans yang mencintai Slank. (Rokhim/Anas)