Kiai Afifuddin Muhajir: Jabatan Publik Sebagai Jalan Tol Menuju Surga

Kiai Afifuddin Muhajir: Jabatan Publik Sebagai Jalan Tol Menuju Surga Penulis: KH. Afifuddin Muhajir, Rais Syuriah PBNU.

Kiai Afifuddin Muhajir: Jabatan Publik Sebagai Jalan Tol Menuju Surga

Amal ibadah yang dilakukan manusia sebagai wujud penghambaan dan ketaatan kepada Allah SWT ada dua macam. Pertama, amal  ibadah yang merupakan kewajiban bersama (fardlu ‘ain), seperti salat lima waktu dan puasa ramadhan. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara pejabat dan rakyat, antara alim dan awam, antara pengangguran dan yang memiliki memiliki banyak kesibukan.

Bacaan Lainnya

Kedua, amal ibadah awal pelaksanaanya tergantung kondisi, posisi dan status sosial masing-masing orang, misalnya: Orang yang memiki banyak tanggung jawab baik publik maupun privat bisa melakukan ibadah-ibadah ritual sebanyak-banyaknya: shalat dluha 8 rakaat, shalat tahajjud berpuluh-puluh rakaat, menghatamkan al-Qur’an setiap minggu sekali dan seterusnya, sementara orang yang punya amanat sebagai  guru misalnya, hanya bisa tahajjud sekedarnya saja karena sisa waktunya digunakan untuk persiapan mengajar di pagi harinya. Namun kejujuran dan rasa tanggung jawabnya yang tinggi sebagai guru tidak kalah niatnya dari orang yang bertahajjud berpuluh-puluh rakaat tadi.

Orang yang menjadi pegawai kantor memiliki waktu terbatas untuk melakukan ibadah ritual. Waktu yang diberikan kadang hanya cukup untuk sholat fardlu dan sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah, karena harus segera kembali ke kantor untuk menyelasaikan tugas yang belum selesai. Tetapi kejujuran dan rasa tanggungjawabnya yang besar memiliki nilai yang sangat tinggi. Justru kalau dia berlama –lama di tempat dia shalat meski untuk membaca al-Qur’an, sementara di kantor banyak pekerjaan, masuk dalam kategori sebagai penghianat.

Orang yang memangku jabatan publik dalam berbagai levelnya seperti kepala desa, camat, bupati,  gubernur dan presiden kewajibannya adalah melaksanakan amanah publik dan membuat kebijakan yang berdampak pada terwujudnya kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat dunia dan akhirat.

Jabatan publik dan amanat publik yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, meski karena banyaknya kesibukan, tidak dilengkapi dengan istighatsah, sholawat nariyah dan ibadah ritual lain adalah cukup sebagai bekal hidup di akhirat, bahkan menjadi jalan tol menuju surga.

Dalam hal itu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

“(kebijakan) satu hari saja dari pemimpin yang adil lebih utama dari ibadah selama 60 tahun”

Demikian Kiai Afifuddin Muhajir: Jabatan Publik Sebagai Jalan Tol Menuju Surga. Semoga Bermanfaat.

Penulis: KH. Afifuddin Muhajir, Rais Syuriah PBNU.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *