Khutbah Jumat Tentang Keadilan: Bersikap Adil
Oleh: KH. Dr. Jazilus Sakhok, Wakil Ketua I STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta dan Wakil Katib Syuriah PWNU DIY.
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى خَلَقَ السَّموَاتِ وَالْأَرْضَ وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّوْرَ ثُمَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِرَبِّهِمْ يَعْدِلُوْنَ. هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلاً وَأَجَلٌ مُسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَهُوَ اللهِ فِى السَّموَاتِ وَالْأَرْضَ يَعْلَمُ سِرَّكُمْ وَجَهْرَكُمْ وَيَعْلَمُ مَا تَكْسِبُوْنَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلَّذِى أَرْسَلَهُ اللهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرهَ الْكَافِرُوْنَ. اللهم صل وسلم وبارك على هذا النبي الكريم, سيدنا ومولانا محمد وعلى اله واصحابه اجمعين.
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ وَكُوْنُوْا دَائِمًا مَعَ الذِّيْنَ اتَّقَوْا وَالَّذِيْنَ هُمْ مُحْسِنُوْنَ. قَالَ اللهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ, وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا, اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ, وَاتَّقُوا اللَّهَ, إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah…
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt dengan selalu berusaha melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan segala kemampuan yang kita miliki, dan sekaligus berusaha sedaya upaya menjauhi semua yang dilarang-Nya dengan penuh kesadaran dan kesabaran. Dengan begitu, semoga kita digolongkan ke dalam hamba-hamba-Nya yang selamat di dunia ini maupun di akhirat kelak. Amin ya rabbal ‘alamin…
Salah satu bagian dari usaha meningkatkan ketakwaan adalah dengan bersikap adil. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Swt dalam surat al-Maidah; 8:
اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ
“Berlakulah adil, karena hal itu lebih mendekatkan pada ketakwaan”
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah…
Kata “adil” berasal dari bahasa Arab al-adlu yang bermakna “tegak lurus; tidak condong ke kanan atau condong ke kiri.” Kalau tidak condong ke kanan dan tidak condong ke kiri, maka keadilan juga bermakna “ketengahan”; dalam arti bahwa kita tidak boleh terlalu dikuasai oleh apriori atau sikap-sikap suka dan tidak suka. Sahabat Ali bin Abi Thalib mempunyai ucapan yang terkenal, undzur ma qala wala tandzur man qala (perhatikan apa yang dikatakan, jangan perhatikan siapa yang mengatakan). Kalau kita sudah lebih banyak memperhatikan siapa yang mengatakan, maka ada bahaya jatuh pada perasaan suka atau tidak suka. Karena sikap terlalu suka atau terlalu benci akan menyebabkan kita menyimpang dari keadilan, sebagaimana diungkapkan di awal ayat 8 surah al-Maidah tersebut:
وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا
“Jangan sampai kebencian terhadap suatu golongan menyimpangkan kamu dari keadilan”
Karena itu, yang dapat disimpulkan dari ayat tersebut bahwa yang lebih penting adalah isinya, bukan bejana atau wadahnya. Ambillah hikmah dari bejana apapun ia berasal, hal itu tidak akan membahayakan kita.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah…
Dalam pengertian secara istilah yang sudah disepakati secara umum, pengertian “adil” adalah “menempatkan sesuatu pada tempatnya”, yang dilawankan dengan pengertian “dzalim”; yaitu “menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya”. Dari pengertian tersebut adil juga berarti “proporsional”. Adil tidak harus sama atau rata, akan tetapi sesuai dengan kadar dan ukuran, sesuai dengan kemampuan. Jika kita tidak menempatkan sesuatu atau seseorang sesuai dengan kadar, ukuran, atau kemampuannya, maka kita sudah bersikap condong ke kanan atau ke kiri, sudah suka atau tidak suka, sudah tidak memperhatikan isinya tetapi wadah dan bejananya, maka kita sesungguhnya sudah bersikap tidak adil atau sudah dzalim, dan berarti hal itu semakin menjauhkan kita dari ketakwaan. Inilah rahasianya kenapa Rasulullah Saw pernah berpesan kepada kita semua dalam sebuah hadisnya:
إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ
“Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancurannya”.
(Shahih Bukhari: 57)
Kehancuran itu bisa terjadi kalau tidak menempatkan sesuatu sesuai dengan proporsi, ukuran, dan kemampuannya, dan menempatkan sesuatu tidak pada ukuran dan kemampuan adalah bentuk kedzaliman, dan kedzaliman akan mengantarkan pada kehancuran.
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah…
Dalam konteks kita rakyat dan masyarakat Indonesia yang sebentar lagi akan memilih para wakil rakyat dan pemimpin bangsa ini, sikap adil menjadi sangat penting. Sebagai rakyat kita harus adil memilih pemimpin kita, yaitu harus memilih pemimpin yang sesuai dengan proporsi dan kemampuannya memimpin bangsa sebesar Indonesia ini. Sehingga setelah terpilih nanti mereka juga bisa menjadi pemimpin yang adil bagi rakyatnya. Sebagai rakyat kita harus adil memilih pemimpin yang adil.
Kalau kita memilih pemimpin Indonesia ini yang tidak sesuai dengan kemampuannya untuk memimpin Indonesia, berarti kita sebagai rakyat sudah berbuat dzalim terhadap diri kita sendiri dan itu berarti kita sudah menanti kehancuran diri dan bangsa kita sendiri. Ketidakadilan kita dalam memilih pemimpin akan menghasilkan pemimpin yang tidak adil pula terhadap rakyatnya. Jika rakyatnya tidak adil dalam memilih pemimpin dan pemimpin tidak adil dalam memimpin rakyatnya, maka menjadi sunnatullah kehancuranlah yang akan menimpa negeri ini.
Memang pemimpin yang akan kita pilih pasti mempunyai kekurangan dan tidak sempurna, namun untuk mendekati keadilan yang kita tuju, salah satunya kita bisa menggunakan panduan kaedah dalam ilmu ushul fikih dengan memilih yang paling kecil madharat atau bahayanya (idzajtama’a al-dlararaani fa’alaikum bi akhaffihima; jika terdapat dua madharat yang berkumpul maka pilihlah yang paling ringan madharatnya). Yaitu paling ringan madharatnya bagi kelangsungan NKRI dan kehidupan keislaman yang Ahlus Sunnah wal Jamaah ini, dengan begitu insyaallah kita sudah berusaha berbuat adil karena Allah secara tegas memerintahkan kepada kita:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila kamu menjalankan pemerintahan di antara manusia maka jalankanlah pemerintahan itu dengan adil.” (QS. An-Nisa’: 58).
Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah…
Itulah sebabnya segala kerusakan dan kehancuran suatu keluarga, masyarakat, bangsa, dan bumi kita sesungguhnya bersumber dari sikap ketidakadilan yang kita lakukan sendiri, sebaliknya jika kita menginginkan sebuah keluarga, masyarakat, bangsa, dan kehidupan di bumi ini tetap lestari marilah kita selalu bersikap adil, adil terhadap diri kita sendiri, orang lain, dan lingkungan sekeliling kita. Karena itu, salah satu tanda ketaqwaan seseorang bisa dilihat dari sejauhmana ia bersikap adil, semakin adil seseorang maka semakin takwalah ia, sebaliknya, semakin dzalim seseorang maka ketakwaan semakin jauh darinya.
Semoga kita selalu diberi kekuatan dan petunjuk oleh Allah Swt untuk senantiasa berbuat adil dan menegakkan keadilan, karena dengan begitu segala nikmat dalam kehidupan yang diberikan oleh Allah kepada kita ini akan tetap lestari dan dengan begitu juga semakin kuatlah ketakwaan kita kepada Allah. Amin ya rabbal alamin…
إِنَّ أَحْسَنَ الْكَلاَمِ كَلَامُ اللهِ الْمَلِكِ الْعَلاَّمِ. وَاللهُ يَقُوْلُ وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِي الْمُهْتَدُوْنَ. وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهُ وَأَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ: إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ, إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ, إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا.
بَارَكَ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ. وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Demikian Khutbah Jumat Tentang Keadilan. Semoga Khutbah Jumat Tentang Keadilan ini bermanfaat. Amin
Baca juga khutbag dengan tema lainnya. Baca di sini