KH Su’adi Chasan: Santri Pesawat Jangan Sampai Meninggalkan NU!

KH Su'adi Chasan: Santri Pesawat Jangan Sampai Meninggalkan NU!

KH Su’adi Chasan: Santri Pesawat Jangan Sampai Meninggalkan NU!

Suasana sore itu terlihat begitu khidmat dengan pemandangan para santri yang sedang asyik menyapu halaman pesantren. Silaturahim tim Bangkit dengan keluarga pesantren pun terasa hangat dan penuh akrab. Di senja itu, Jum’at (23/2/2018), tim Bangkit memang meniatkan silaturahim ke Pesantren Al-Qur’an Wates (Pesawat). Pesantren yang terletak di Kedungpring, Giripeni, Kecamatan Wates, Kulon Progo, tersebut didirikan oleh KH. Chasan Tholabi dan Nyai Mursyidinah pada tahun 1979.

Bacaan Lainnya

Tanpa ada rencana janjian sebenarnya, tetapi Kiai Su’adi (Pengasuh Pesantren Pesawat saat ini) tetap menerima dengan penuh gembira. Tim Bangkit awalnya merasa sungkan untuk menyampaikan maksud, tetapi Kiai Su’adi justru langsung cerita masa ngaji di Krapyak, juga cerita pernah ikut serta menjadi bagian di Majalah Bangkit di masa Kiai Aly As’ad.

“Saya dulu ikut bersama Majalah Bangkit. Saya sangat senang Bangkit sekarang tambah maju. Semoga istiqomah dan terus berkembang. Kedatangan kalian ini membuat saya sangat senang, ayo kalian jangan sungkan, kita ngobrol, diskusi. Kalian anak muda, harus semangat,” Kiai Su’adi begitu akrab menyapa sembari mempersilahkan suguhan Bakso, teh anget, dan snack kepada Tim Bangkit.

Jawaban ini membuat Tim Bangkit penuh antusias, apalagi Pak Kyai begitu akrab dan sangat tahu perasaan anak muda.

KH Su’adi Chasan: Santri Pesawat Jangan Sampai Meninggalkan NU!

Berawal dari Kelana         

Sebagaimana diberitakan sebelumnya bahwa sebelum mendirikan pesantren, Kiai Chasan berkelana dakwah dari satu tempat ke tempat yang lain di wilayah DIY. Baru pada tahun 1970, Kiai Chasan memutuskan untuk menetap di Wates. Awal mula Kiai Chasan merintis mushalla sebagai tempat ngaji dan belajar agama masyarakat sekitar. Seiring berjalannya waktu, pesantrennya bisa berdiri. Fokus Kiai Chasan di awal pendirian pesantren adalah pengajaran Al-Qur’an. Hal ini dilakukan mengingat di lingkungan pesantrennya saat itu masyarakat masih belum mengenal Al-Qur’an. Dengan kualitas Kiai Chasan yang merupakan seorang hafidz, maka lambat laun masyarakat bisa membaca dan mendalami Al-Qur’an.

Selepas Kiai Chasan wafat, yakni tahun 1991, estafet kepemimpinan pesantren diteruskan oleh putranya, KH. Ahmad Su’adi Chasan. Bersama sang istri, Nyai Mahsunah, mereka berkhidmat menjaga dan mengembangkan pesantren yang telah dirintis ayahnya. Kiai Su’adi sendiri selain mengaji kepada ayahnya, juga mengaji kepada KH. Ali Maksum dan KH. Ahmad bin KH. Muhammad Munawwir. Selepas Kiai Ahmad wafat, Kiai Su’adi menguatkan hafalan Al-Qur’an ke Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Demak, sebagaimana ayahnya dahulu juga mondok di tempat tersebut.

Kesabaran dan Dedikasi Tinggi

Dengan kesabaran dan dedikasi yang tinggi dari Kiai Su’adi dan keluarga, pesantren lambat laun mengalami perkembangan. Santri pun terus berdatangan dari DIY dan luar DIY. Dari yang awalnya berjumlah sekitar dua puluh santri, saat ini mencapai seratus delapan puluhan. Di Pesawat ini, santri yang ingin mengaji dan menghafal Al-Qur’an, terlebih dahulu diwajibkan ngaji pesholatan. Sepandai apapun ia, tetap diwajibkan ngaji pesholatan.

Hal tersebut dilakukan oleh Kiai Su’adi karena melaksanakan wasiat dari ayahnya. Juga diharapkan agar santri kuat dalam memegang ajaran Islam aswaja dan memperjuangkan NU. Ayah Kiai Su’adi sendiri, yakni Kiai Chasan Tholabi, memang dikenal sebagai aktifis NU di masanya. Ini memang wasiat dari Kiai Chasan kepada keluarganya.

“Berjuang lewat mana pun bisa, asal jangan meninggalkan ushalli dan kabiro, alias NU,” tegas Kiai Su’adi. Maksudnya, berjuang dimana pun jangan sampai meninggalkan NU. Inilah landasan pesantren ini.

Perkembangan Pesawat terus mengalami kemajuan. Dari yang semula hanya pondok pesantren, saat ini telah memiliki Madrasah Diniyyah dan sekolah formal yakni MI dan SMP. MI VIP dan SMP VIP menjadi branding dari sekolah formal yang dimiliki pesawat. VIP adalah singkatan dari “Versi Integrasi Pesantren”. Dinamakan VIP karena di sekolah tersebut selain menggunakan kurikulum nasional, juga ditambah kurikulum pesantren.

“Untuk menguatkan kepesantrenan dan ke-NU-an, santri yang sekolah di SMP VIP wajib tinggal di pondok. Meskipun lokasinya dekat dengan pondok, tetap diwajibkan mondok. Wali santri juga dilibatkan aktif untuk turut mensupport dan mendoakan putra-putri mereka,” lanjut Kiai Su’adi sembari mengajak Tim Bangkit untuk menyeruput kopi.

Baca jugaKH Chasan Tholabi dan Sejarah NU Kulon Progo

Kiai Su’adi juga menyediakan wadah berupa mujahadah lapanan bagi wali santri dan mereka wajib hadir. Bagi wali santri yang domisilinya jauh, maka diwajibkan datang tiga kali dalam setahun.

Santri-santri yang sudah menyelesaikan pendidikan di SMP VIP, maka dipersilakan mengambil pendidikan formal di luar pondok, karena pondok belum menyediakan. Tetapi mereka tetap tinggal di pondok untuk menyelesaikan hafalan Al-Qur’an dan mendalami ilmu keislaman.

Semua capaian ini, kata Kiai Su’adi, adalah doa dari para sesepuh dan kiai, khususnya Kiai Ali Maksum dan Kiai Chasan Tholabi. Mereka berdua inilah yang menjadikan Pesantren Pesawat terus berkembang sampai saat ini.

“Kiai Ali Maksum dan Bapak-Ibu sudah berdoa untuk saya. Kata beliau, kalau sudah usia 50 tahun, nanti akan ada berkembang. Ketiganya memberikan doa yang sama buat saya. Maka, saya hanya “ngamini” saja. Alhamdulilah, sejak usia saya 50 tahun, tahun 2009, Allah membuka banyak jalan untuk perkembangan pesantren ini, termasuk berdirinya SMP dan MI,” kenang Kiai Su’adi.

“Makanya, ketika NU DIY mau punya gawe Rapat Pleno dan Pesantren Pesawat mendapatkan tugas sebagai tuan rumah, tidak ada kata lain selain sam’an watho’atan, siap selalu untuk NU. Inilah jalan perjuangan yang sudah dilakukan Kiai Ali dan bapak,” pungkas Kiai Su’adi. (Anas)

Demikian KH Su’adi Chasan: Santri Pesawat Jangan Sampai Meninggalkan NU!. Semoga bermanfaat.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *