Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYA- Menjadi santri yang mengaji kitab kuning jangan pernah pesimis, apalagi dalam berjuang untuk bangsa dan negara. Kitab kuning itu bisa digunakan kaum santri dalam mengelola negara, karena kitab kuning sudah menjelaskan berbagai persoalan keummatan dan kebangsaan.
Demikian ditegaskan Mustasyar PBNU Prof KH Ma’ruf Amin dalam acara “Silaturrahim dengan Kyai dan Tokoh NU Se Daerah Istimewa Yogyakarta” di Yogya, Ahad (14/0).
“Santri harus berani, santri bisa jadi apa saja, bisa jadi kyai, wapres menteri bahkan presiden. Saya memulai supaya santri bisa jadi pemimpin negara. Bahwa saya santri, dulu saya ngaji kitab Fathul Muin. Dalam kitab itu dijelaskan bahwa termasuk fardu kifayah itu menghilangkan bahaya kelaparan. Tapi kalau sampai tidak makan, maka jadi fardhu ‘ain,” tegas Kiai Ma’ruf.
Kiai Ma’ruf juga menegaskan bahwa di dalam Al-Qur’an juga diterangkan terkait tidak boleh harta itu hanya berputar di kalangan orang kaya saja. Maka perlu pendistribusian yang merata. Tidak boleh ada kesenjangan antar masyarakat.
“Maka saya mengusung isu arus baru ekonomi Indonesia. Karena arus lama mengusung isu konglomerat. Yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Maka kita akan melakukan pemberdayaan ekonomi umat. Arus baru ekonomi Indonesia bukan melemahkan yang kuat dan membenturkan, tetapi melalui kolaborasi dan kami sedang melakukan upaya itu,” lanjut Kiai Ma’ruf.
Selain itu, Kiai Ma’ruf juga menjelaskan akan melakukan redistribusi aset, yakni aset negara yang belum dibagi kepada masyarakat dan belum digunakan akan dibagi ke kegiatan umat maupun pesantren.
“Kita juga menginginkan tidak terjadinya kesenjangan di daerah. Pak Jokowi sudah memulai itu, membangun daerah dan pembangunan sehingga kita harapkan tidak ada kesenjangan. Maka produk yang kita hasilkan memiliki nilai tambah dan kualitas eksport. Dan pemerintah harus hadir dalam hal ini,” lanjutnya.
“Ada isu saat ini, katanya ekonomi sekarang itu menurun. Saya justru ingin memberikan penilaian melalui ekonomi optimistik. Apa yang sudah diterapkan oleh Pak Jokowi bisa kita maksimalkan dan memanfaatkan dengan memberikan nilai-nilai tambah pada produk-produk rakyat Indonesia,” tegas Kiai Ma’ruf.
Semangat perjangan dalam mengelola pemerintahan ini, lanjut Kiai Ma’ruf, sebenarnya sudah termaktub prinsip-prinsipnya dalam kitab kuning. Makanya, santri harus optimis mampu berbuat lebih besar dalam membangun pemerintahan Indonesia saat ini.
“Jangan pernah pesimistik. Santri harus optimis. Tetap ngaji kitab kuning, tapi juga mampu mengelola negara. Prinsip yang diajarkan Islam, kalau kita bersungguh-sungguh Allah akan memberikan jalan. Maka maksimalkan apa yang ada,” pungkas Kiai Ma’ruf. (mm)