Reporter: Marakhilda NH Siregar
Sleman, Bangkitmedia.com – Istighotsah dalam mengawali kegiatan Peringatan Hari Lahir ke-101 Nahdlatul Ulama (Harlah NU) dilaksanakan Pondok Pesantren (PP) Sunan Pandanaran, Ahad 28 Januari 2024. Dalam kesempatan ini, ketua PBNU, Dr. (H.C.) K.H. Yahya Cholil Staquf menjelaskan tujuan Nahdlatul Ulama didirikan dan cara mengambil keputusan terkait dengan organisasi dan umatnya.
Nahdlatul Ulama (NU) didirikan untuk niat akhirat, dengan harapan – harapan akhirat, dengan cara mengupayakan pelaksanakan dari tuntunan – tuntunan agama Allah,”tegasnya saat menyampaikan sambutan.
Dilansir melalui nu.or.id, NU merupakan salah satu organisasi Islam di Indonesia yang didirikan pada 31 Januari 1926 dipimpin oleh Rais Akbar, K.H. Hasyim Asyari. Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asyari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalah Khittah Nahdlatul Ulama (NU), yang dijadikan dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.
Untuk mempertegas posisi NU, ketua PBNU menambahkan, “Itulah sebabnya sejak didirikan hingga sekarang, tidak ada satupun, tidak ada satupun keputusan NU kecuali didasarkan atas pertimbangan – pertimbangan agama, pertimbangan-pertimbangan syariat, pertimbangan – pertimbangan apa yang benar apa yang salah, apa yang baik menurut syariat. Kepemimpinan Nahdlatul Ulama (NU) adalah kepemimpinan syariat. Itulah sebabnya di dalam NU kita punya syuriyah NU, tempat para kyai ahli Syariah, para fuqaha di antara ulama kita untuk membuat keputusan–keputusan berdasarkan syariat, mengikuti syariat.”
KH Yahya Cholil Staquf menegaskan, NU merupakan organisasi Muslim terbesar di dunia—dengan lebih dari 90 juta anggota dan 21.000 madrasah—yang menganut tradisi Islam Sunni dan mengajarkan pesan utama Islam adalah cinta dan kasih sayang universal.
Gus Yahya lahir pada 16 Februari 1966. Dari sisi nasab, sosoknya memiliki garis keturunan dengan ulama Jawa yang panjang dan terkenal. Ia dididik sejak kecil dalam ilmu-ilmu formal dan spiritual Islam. Kemudian ia menjadi murid KH Ali Maksum (1915–1989), ulama Islam terhormat dan Rais Aam PBNU. Selain itu juga belajar kepada KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur (1940-2009), Ketua Umum PBNU 1984-1999 serta kepala negara pertama di Indonesia yang terpilih secara demokratis. (*)