Ketika Santri Indonesia Curhat di Hadapan Habib Umar bin Hafidz
Dulu ada salah seorang murid Siidil Habib Umar bin Hafidz mau pulang, setelah pamitan, ia curhat sama Habib:
” Habib.. Saya sebentar lagi pulang, Sedangkan antum tahu sendiri, Indonesia tidak seperti Tarim, disana banyak wanita-wanita mengumbar auratnya, berbeda jauh dengan wanita-wanita di Tarim.. ”
Ia jelas merasa gusar dan khawatir. Bertahun-tahun mencari ilmu di Tarim, ia sama sekali tak pernah melihat wajah wanita sama sekali. Wanita-wanita Tarim semuanya berpakaian rapi, tertutup dan bercadar. Habib Mushofa Al-Muhdhor pernah berkata bahwa : siapa yang tinggal di Tarim dan dapat menjaga dua hal ini maka aku menjamin ia akan menjadi seorang Wali: Mata dan hati. Gak heran dulu bocah-bocah di Tarim belum tumbuh kumisnya sudah menjadi seorang wali yang ahli kasyaf.
Murid senior Habib Umar itu tentu tak mau benteng iman yang sudah ia bangun bertahun-tahun di Tarim harus runtuh begitu saja ketika kembali ke Bumi Pertiwi.. Dan demi itu ia menanyakan hal itu kepada Siidil Habib..
” Justru itu malah bagus untukmu .. ” Jawab Siidil Habib..
Murid itu tentu agak terkejut dengan jawaban Habib, ia masih bertanya-tanya.
Habib lalu melanjutkan jawabannya.
“Itu artinya kesempatan yang engkau miliki untuk meraih ridho Allah dan menggapai manisnya iman akan lebih besar. Bukankah Rasulullah Saw telah bersabda :
” النظرة سهم مسموم من سهام ابليس .. من تركها لمخافتي ابدلت له ايمانا يجد حلاوته في قلبه ”
“Pandangan haram itu adalah panah beracun dari sekian panah yang iblis miliki. Barang siapa yang meninggalkan pandangan haram itu karena takut pada Allah, maka Allah akan gantikan untuknya sebuah Iman yang akan ia temukan manisnya dalam hatinya.”
(Disetiap pejaman matamu dari pandangan-pandangan haram, Allah akan mengantikannya dengan kelezatan Iman, bayangkan jika engkau menjaga kedua matamu itu berkali-kali setiap harinya ?)
Bertahun-tahun di Tarim gak pernah ngeliat wajah cewek, turun di Jakarta mata langsung kelilipen..
Bogor, 6 Januari, 2019.
Demikian Ketika Santri Indonesia Curhat di Hadapan Habib Umar bin Hafidz, semoga bermanfaat.
Penulis: Muhammad Ismael Al-Kholilie, cucu Syaikhona Kholil Bangkalan.