Ketika Santri Berebut Berkah Tegesan Kiai

Ketika Santri Berebut Berkah Tegesan Kiai

Ketika Santri Berebut Berkah Tegesan Kiai.

Tegesan itu puntung rokok atau sisa rokok yang tinggal sedikit. Orang Gunungkidul menyebutnya dengan “empis”. Tegesan barokah itu artinya puntung rokok atau empis yang membawa keberkahan. Bagi Santri, “barokah” Kyai atau Guru itu penting bahkan sangat penting. Kadang demi barokah Kyai para santri berebutan sisa makan, sisa minum bahkan sisa rokok dari Kyai atau dari gurunya.

Tentang hal ini, saya jadi ingat kejadian dan pengalaman lucu yang saya lakukan ketika dahulu saya masih nyantri di Mbah Kyai Syihabuddin Kradenan Kediri yang terkenal tegas dan berwibawa dalam mendidik santri-nya dan beliau juga terkenal dengan mengajarkan kefasihan dalam baca Al Qur’an.

Seperti biasa setiap menjelang shubuh Beliau selalu membangunkan para santrinya sambil menghisap “Bentoel Biru” (rokok berkelas waktu itu), ketika ada santri sudah menimba air untuk wudlu maka “tegesan” (sisa rokok) itu pasti akan diletakkan disuatu tempat dan begitu selesai wudlu dan beliau sudah meninggalkan tempat wudlu, maka para santri berlari-larian berebutan (disik-disik-an) ambil barokah Mbah Kyai via si tegesan tadi. Dan saya pun termasuk bagian dari mereka. Meskipun saya hampir pasti kalah cepat, karena secara fisik waktu itu saya termasuk paling kecil dibandingkan dengan para santri lain dan mereka memang lebih senior. Hehehe

Demi “barokah” itu saya dapat hidayah strategi jitu dan saya langsung praktekkan, yaitu setiap kali Mbah Kyai membangunkan para santri saya selalu bangun mendahului santri-santri yang lain dan saya bersegera untuk “nimbo”. Dalam fikiran saya barokah Kyai itu tidak hanya via tegesan saja tapi justru barokah yang terbesar via nimbo untuk mengambil dan menyiapkan air untuk Mbah Kyai berwudlu dan benar ketika Mbah Kyai berwudlu maka “tegesan” segera saya ambil dan saya gantikan dengan tegesan lain yang sudah saya siapkan sebelumnya, dan tegesan “KW” ini yang diperebutkan oleh teman-teman santri senior.

Dan ini berjalan dalam waktu cukup lama dan rahasia ini selalu saya jaga dan saya tutup rapat-rapat. Hehehe. Tegesan biasa untuk rebutan, sedangkan “tegesan barokah Kyai” milik saya dan sudah saya nikmati sambil senyum-senyum sambil BAB sambil mendengarkan mereka berkata:

“Kok rokok Mbah Kyai sekarang berbeda yaa, kok tidak Bentoel Biru lagi?”.

Yaa jelaslah tadi siang saya dapat “leles-an” tegesannya sedapetnya kok, batinku. Hehehe

Salam sabar.

Demikian Ketika Santri Berebut Berkah Tegesan Kiai . Semoga bermanfaat.

Penulis: KH. M. Shobir Hatimy, Wakil Ketua PCNU Bantul.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *