Kenapa Ustadz Tanpa Ilmu Bisa Dapat Panggung Umat?

nur sugi

Kemarin saya mendapati “penafsiran” jitu dari Sugik Nur, alias Gus Nur, yang sangat out of the box. Saya tuliskan terjemahan ayat tersebut (yang ditafsir Sugik) versi Kemenag:

“Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.”

Pada penggalan Surat Fathir ayat 28 di atas, Sugi menaklukkan satu ayat tersebut dengan “munasabah (konstruksi silogisme)” yang tak pernah saya temukan dalam tafsir manapun, membangun “muqaddimat (premis-premis)” ayat secara serampangan untuk “natijah (kesimpulan)” tafsir yang tidak pernah saya dapati dari ulama manapun.

Dan yang membuat saya geram pada penggalan “penafsirannya” itu, adalah dia menyeret-nyeret nama Allah:

“Berarti MENURUT ALLAH, ulama adalah: bisa ular, bisa ayam, bisa kambing, dan bisa manusia, yang penting takut pada Allah.”

Saya cantumkan satu saja tafsir mu’tabarah dari Kitab Tafsir ibnu Katsir untuk mengetahui seberapa kacau “penafsiran” Sugik:

وقوله تعالى : ( ومن الناس والدواب والأنعام مختلف ألوانه كذلك ) أي : [ و ] كذلك الحيوانات من الأناسي والدواب

الى أن قال…

ولهذا قال تعالى بعد هذا : ( إنما يخشى الله من عباده العلماء ) أي : إنما يخشاه حق خشيته العلماء العارفون به; لأنه كلما كانت المعرفة للعظيم القدير العليم الموصوف بصفات الكمال المنعوت بالأسماء الحسنى – كلما كانت المعرفة به أتم والعلم به أكمل ، كانت الخشية له أعظم وأكثر

Jika saya terjemahkan tafsir di atas ke dalam bahasa yang mudah dipahami milenial (karena Sugi hadir sebagai narasumber Moslem Youth Movement [Gerakan Pemuda Muslim]), kira-kira seperti ini:

“Gusti Allah itu yang menurunkan hujan. Hanya dengan satu jenis air saja (yaitu air hujan), Allah membuat beraneka ragam buah-buahan dengan segala macam warna yang beragam pula (tafsir QS. Fatir: 27).

(masuk ke tafsir QS. Fatir: 28) Tidak hanya buah-buahan, tapi Allah juga yang membuat segala macam hewan dengan segala ragam famili, genus, hingga spesies yang berbeda-beda.

Contohnya kambing! (ini tambahan saya sendiri, anggap saja fudlah)

Kambing, ya, kambing. Tapi jika dilihat dari susunya, dagingnya, kulitnya, janggutnya, dahinya, tanduknya, hingga ekornya, maka tidak semua kambing bisa disebut berspesies yang sama.

Makanya di sini, Indonesia, kita punya Kambing Jawa. Dan dengan ciri-ciri yang berbeda, baik susunya, dagingnya, kulitnya, janggutnya, dahinya, tanduknya, hingga ekornya, di Asia Tenggara ada spesies kambing yang disebut dengan Biri-Biri.

Bayangkan, Kambing saja bisa jadi bermacam-macam spesies. Semuanya punya ciri-ciri yang berbeda-beda. Dan semua itu diciptakan Allah sendiri saja.

Luar biasa!

Maha Kuasa Allah dengan segala kehendak-Nya.

(tafsir inti) Maka, jika ada SESEORANG yang memahami itu semua dengan pemahaman yang sempurna, memahami dengan sempurna betapa kuasanya Allah dalam menciptakan semuanya, maka ketakutannya kepada Allah akan semakin besar (sehingga ia benar-benar menyembahnya).

Sebab, hanyalah ulama lah (orang-orang yang paham) yang mengerti ketakutan hakiki kepada Allah.

Takut kepada Dzat yang paling berkuasa, yang kepada-Nya sifat-sifat agung (karena mampu menciptakan segalanya secara detail & luar biasa), dan bagi-Nya nama-nama yang mulia.”

Sampai di sini bisa dipahami betapa jomplangnya Sugik?

Sebelum status ini, saya sempat mengomentari secara guyon:

“Duh, baru saja mendengarkan tafsir dari Gus Nur tentang ulama. Saya khawatir ayam yang saya makan tiap hari, atau sate kambing yang saya makan sesekali, atau daging kerbau di idul adha nanti ternyata adalah ulama. Saya takut kualat, karena daging ulama itu beracun, Gais~”

Tapi berikutnya saya ingin menanggapinya serius, karena ternyata dua orang teman saya di fesbuk mengikuti “kajian tafsir” Sugik tersebut (baca: hadir di majlis Moslem Youth Movement!), dan saya dicengin:

“Balaslah ilmu dengan ilmu,” kata salah satunya pada saya.

Jika hati Anda terbuka, wahai teman saya, maka Anda sedang dibodohi oleh orang yang tak paham apa-apa, dan dia menyeret nama Allah pada hal yang dia tidak mengerti maksudnya apa.

Membalas Sugik sebenarnya tidak perlu memakai ilmu, karena apa yang dia lontarkan tiada satupun yang berisi ilmu. Catatan ini hanya pengisi waktu nganggur saya saja.

Bagaimana bisa orang yang sesat menyesatkan begini mendapat tempat di majlis orang-orang beriman dan mendaku paling terdepan “membela kalimat tauhid & membela ulama”, sih?

Penulis: Rumail Abbas.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *