Kelembutan Hati Bu Ratna Sarumpaet: Membaca Sisi Lain

ratna sarumpaet

Sebetulnya, di balik kekerasan sikapnya, Bu Ratna Sarumpaet menyimpan kelembutan hati yang tidak setiap orang memiliki. Saya sempat kenal cukup dekat dengan beliau, ketika beliau menjadi ketua DKJ. Beberapa kali kami ngobrol di TIM hingga larut malam, terutama ketika membahas program-program DKJ, —dimana saya merupakan salah seorang partner yang diundang sebagai “pengamat luar” dari kalangan sastrawan yang bukan anggota DKJ.

Nah, pada suatu malam, saya menyaksikan bagaimana Bu Ratna Sarumpaet berlinang air mata, ketika beliau menceritakan perjuangannya mengumpulkan uang untuk berangkat naik haji. Patut diketahui, bahwa dulu Bu Ratna sama sekali bukan orang kaya. Untuk cita-citanya pergi ke tanah suci, beliau harus menabung bertahun-tahun. Pada saat uang terkumpul, dan sudah dipastikan ia bisa berangkat, bahkan sudah melunasi seluruh kewajiban, saat itulah terjadi gempa dan tsunami di Aceh. Apa yang kemudian dilakukan Bu Ratna Sarumpaet?

Beliau membatalkan keberangkatannya, menarik kembali uang yang sudah disetorkan, dan menyumbangkan seluruh uangnya untuk korban gempa dan tsunami di Aceh. Tidak setiap orang bisa melakukan itu. Bahkan saya sendiri, jika dalam posisi semacam itu, mungkin tidak akan sanggup untuk bertindak seperti beliau.

Bu Ratna menangis bahagia, karena mendengar bahwa saya akan pergi ke tanah suci. Waktu itu saya memang pamit, bahwa mungkin untuk tiga bulan ke depan, saya tidak bisa ikut membantu acara-acara di DKJ. Saya katakan pada beliau, “Bu Ratna memang gagal berangkat, tapi insyaAllah, Bu Ratna sudah menjadi haji mabrur.”

Setiap orang menyimpan aib, tapi setiap orang juga menyimpan kebaikan.

(Penulis: Joni Ariadinata, Sastrawan)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *