Kata Intelijen dan Prediksi Puncak Kasus COVID-19- 13 Maret yang lalu, mungkin banyak yang salah tangkap bahkan cenderung mencemooh saat salah satu Deputi BIN, menyampaikan prediksinya.
Kok prediksi COVID-19 dilakukan intel? BIN tahu apa?
Kurang lebih begitu tanggapan orang-orang di luar sana.
Bisa dimaklumi, karena bisa jadi mereka punya trauma, pengalaman, dan pengetahuan di masa lampau, wabil khusus di era Orba, dengan lembaga negara ini, maupun orang-orang mereka, meskipun tidak sepenuhnya tepat!
Menurutku, pernyataan Deputi BIN itu sebenarnya kasih alert, beliau memukul lonceng tanda bahaya! Kepada siapa? Kita semua!
Ya, kalau baca UU Intelijen, sebenarnya single user BIN ya Presiden, semua prediksi dan analisis tidak boleh disampaikan langsung terbuka kepada publik…
Namun piye maneh?
Skenario terburuk dampak COVID-19 ini harus diketahui banyak orang, agar aware, sadar, dan sama-sama bisa mengantisipasinya…
Menurut berita-berita yang kubaca, kasus COVID-19 ini diprediksi oleh BIN akan terjadi di bulan Ramadhan, pada saat musim mudik tiba.
Musim mudik, adalah saat migrasi besar-besaran dari kota-kota ke desa-desa.
Ya, termasuk dari kota-kota yang masuk ZONA MERAH alias kasus positif COVID-19 terkonfirmasi sangat banyak dan berdampak di setiap kecamatan dan kelurahan!
Sekarang, coba bayangkan sejenak.
Bagaimana jika dari jutaan pemudik itu ada yang positif COVID-19, tapi gak tahu kalau mereka sebenarnya positif?
Karena gak terasa berat gejalanya, cuma merasa sumeng, demam biasa, batuk-pilek biasanya, dan sebagainya.
Dalam prediksi BIN pula, seperti yang terbaca, pada masa puncak, akan terjadi lonjakan kasus eksponensial, 4.000 kasus per hari.
Ya, 4.000 kasus per hari!
Bagaimana kalau itu terjadi dan sebarannya di desa? Di kampung-kampung? Di pulau-pulau terpencil? Di wilayah yang akses dan fasilitas kesehatan maupun tenaga medisnya sangat-sangat terbatas?
Kabooom!
Tapi itu khan di desa, di kampung, di wilayah terpencil, bukan di kota? Kita yang #StayAtHome di kota dan gak mudik, aman dong?
Wooooi!
Bangun!
Kalian terpikir gak sih, itu beras kita ditanam di mana? Sayur-mayur segar yang kita makan itu kebanyakan metik di mana? Sapi, kambing, ayam dan telornya itu lebih banyak dikembang-biakkan dan diternakkan di mana? Ikan-ikan dan produk laut kita diambil dan diolah di mana?
They die, you die, we die!
Dan tampaknya, analisis intelijen yang memprediksi puncak kasus COVID-19 jatuh di bulan Mei, bisa jadi datang lebih cepat.
Karena seperti dalam jejak digital OSINT (Open Source Intelligence) atau sederhanya hasil googling, diketahui bahwa ada ribuan perantau dari Wonogiri memilih mudik lebih cepat!
Dan…
Salah satu positif COVID-19 di Wonogiri, merupakan Sopir Bus jurusan Wonogiri!
Sampai sini, apakah bisa dipastikan di antara ribuan perantau yang naik bus yang dikemudikan sopir bus yang positif COVID-19 itu tidak tertular? Bisakah dipastikan mereka gak berpotensi menjadi carrier di daerahnya, di desanya, di kampungnya?
Itu baru satu kasus perantau yang mudik ke Wonogiri? Bagaimana dengan perantau dari daerah lain yang juga sudah mudik duluan? Apakah mereka semua sudah dipastikan negatif COVID-19 dan aman-aman saja mudik ke desanya, ke kampungnya, ke pulau asalnya? Bagaimana kalau tidak ada kepastian terkait status mereka?
Sudah terbayang?
Dalam beberapa hari ke depan, kita harus siap-siap mendengar lonjakan kasus, seperti prediksi BIN sebelumnya, 4.000 kasus per hari.
Wis yo, next time, kalau ada yang kasih alert, early warning, jangan dianggap enteng, apalagi diacuhkan – terlebih saat kita gak tahu betul bagaimana kerja mereka hari-hari ini…
Akhirnya, sampai sini, aku cuma bisa menegaskan lagi “prepare for the worst, hope for the best” – bersiap untuk semua kemungkinan terburuk, namun tetap tak berhenti, tak terputus, berharap selalu yang terbaik.
‘Alaa kulli hal, aku hanya bisa bermunajat – dengan wirid seperti yang pernah diajarkan Almarhumah Ummi saat anaknya dirundung sedih, kecewa dan khawatir maupun menghadapi ujian – dan juga telah diijazahkan langsung oleh Mbah Kyai Mustofa Bisri beberapa hari lalu:
اَللهُ الْكَافِى رَبُنَا الْكَافِى قَصَدْنَا الْكَافِى وَجَدْنَا الْكَافِى لِكُلِ كَافٍ كَدَفَانَا الْكَافِى وَنِعْمَ الْكَافِى اَلحَمْدُ لِلهِ
Allahul kafii, robbunal kafii, qosshodnal kafii, wajadnal kafii, likulin kafii, kafanal kafii, wa nimal kafii alhamdullilah
Allah yang mencukupi, Tuhan kita yang mencukupi, yang mencukupi semua maksud keinginan kita, yang mencukupi segala sesuatu, yang mencukupi segala kebutuhan, dan Allah lah sebaik-baik Zat yang mencukupi, segala puji bagi Allah.
______________
Semoga artikel Kata Intelijen dan Prediksi Puncak Kasus COVID-19 ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin..
simak artikel terkait di sini
kunjungi juga channel youtube kami di sini
Penulis: Dr Mahmud Syaltout, Wasekjend PP GP Ansor.
Editor: Anas Muslim