Kalau Tidak Karena Kalian Semua, Suhita Hanya Menjadi Novel Kebanyakan

khilma anis

Suatu malam, saat awal nulis Suhita, saya terisak isak tidak terima karena ada banyak orang yang berpikir buruk tentang Rengganis.

Bagaimanapun, Rengganis itu anak saya.

Walaupun hanya anak idiologis alias tokoh dalam novel saya. Jelas saya meradang kalau anak saya dihina dina, apalagi dituduh sebagai pelakor. Apalagi diancam ancam kalau ketemu mau diraupi sambel. Hehe.

(Pembaca Suhita versi cerbung, pada saat itu memang ganas-ganas. Hehe)

Sampai jelang subuh, saya berpikir, kita tidak boleh marah pada orang yang belum tahu. Orang orang hanya memahami Rengganis sepenggal sepenggal, dan itu jelas saya yang salah.

Saya harus membiarkan Rengganis bicara, menjelaskan dirinya. Menjelaskan prosesnya. Mengisahkan perjuangannya. Termasuk menunjukkan betapa tajam luka itu tertoreh di hatinya. Biar orang orang tau yang sesungguhnya.

Sampai ahirnya, ketika novel itu selesai ditulis, orang orang mulai faham bahwa Rengganislah ksatria itu. Dia adalah perempuan Agung yang tak pernah memikirkan dirinya sendiri.

Hal yang sama juga terjadi pada Gus Birru. Tidak terhitung jumlahnya orang orang yang membencinya. Tidak sedikit yang menuduhnya kejam, arogan dan lain lain.

Tuduhan itu, membuat saya tersadar, Gus Birru juga harus menjelaskan diri. Bahwa dalam seluruh kisah itu, yang paling berat justru Gus Birru. Dia bertanggung jawab atas 3 perempuan sekaligus. Alina, Rengganis, dan Umminya. Setiap waktu terjadi perang bathin di dalam dadanya. Gus Birru harus mengisahkan pahit getirnya.

Menjadi penulis, apalagi pemula seperti saya, memang sangat membutuhkan motivasi orang lain.

Tapi kita tidak boleh Alergi pada kritik. Apalagi bila kritik itu membangun dan menguatkan.

Pujian memang membuat kita maju, tapi kita tidak boleh terlena. Terimalah seluruh kritik dengan lapang dada.

Maturnuwun Untuk temen temen Semua, yang menemani proses penulisan Suhita sejak awal. Yang pernah berkata pedas soal Rengganis dan Gus Birru.

Kalianlah yang paaling berjasa membuat Novel itu berisi POV Gus Birru dan Rengganis. Lalu Suhita dikenal sebagai novel dengan banyak sudut pandang tokoh yang sama sama kuatnya. Baik secara karakter, ataupun pemikirannya. Sampai tokoh tokoh ini memiliki penggemarnya masing masing. Hehe

Tentu saja, kalau tidak karena kalian semua, Suhita hanya menjadi Novel kebanyakan.

Semangat menulis, teman teman.

Jangan terlena pada pujian.

Jadikan kritikan sebagai lecutan terhebat untuk semakin maju.

Salam manis dari Rengganis.

Hehe

Penulis: Khilma Anis, penulis Suhita.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *