Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYAKARTA-Senin, (13/8/2018) Mahasiswa Ahlit Thoriqoh al Mu’abaroh an Nahdliyah (MATAN) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta kembali menggelar Kafe Sufi. Acara yang rutin lima mingguan (selapanan), kali ini bertajuk Ngobar (Ngopi Bareng) MATAN UIN Suka. Bertempat di warung kopi BasaBasi Sorowajan, Bantul, Yogyakarta, acara tersebut sekaligus bertujuan untuk menggalang dana untuk korban Gempa bumi di Lombok, NTB.
Yusuf Daud Risin, Ph.D., direktur PhiloSufi Centre, yang didaulat sebagai pemantik dalam acara tersebut membawakan tema “Menggali Mutiara Tasawuf dalam Kitab Futuhat al Makkiyah Ibnu Arabi”. Tak kurang lima ratusan jama’ah antusias mengikuti acara yang berlangsung selama hampir tiga jam tersebut.
“Beliau memang pakar ilmu tasawuf, jadi sangat membidangi tema-tema semacam ini” ujar M. Miftahurrrizqi, Ketua II Matan yang juga bertugas sebagai MC dalam agenda tersebut.
Acara tersebut di buka dengan pembacaan sholawat thoriqiyyah di iringi dengan hadroh dan tari sufi serta dilanjutkan dengan pembacaan ratib haddad dibawah asuhan Risky Aviv Nugroho, S.Pd. yang sekaligus menjabat ketua umum Matan UIN Sunan Kalijaga
Pada awal sesi, Daud menjelaskan latar belakang beliau mengkaji kitab Futuhat al Makkiyyah. Kemudian memasuki pertengahan hingga akhir sesi, pembahasan kian serius tapi tetap dengan style yang santai.
Dalam diskusi tersebut, Daud mengutarakan bahwa pembahasan tentang tasawuf ini kian minim peminat. Bahkan kajian tasawuf yang ia selenggarakan secara rutin semakin hari semakin berkurang pesertanya.
“Pertama jamaah saya 60 orang. Setelah 8 tahun, sekarang tinggal 8 orang, padahal mereka (peserta diskusi) itu non muslim. Jadi yang mau mengkaji kajian sufi adalah orang pilihan,” slentir Daud.
Hal ini juga yang melatarbelakangi pengurus Matan UIN Suka selalu menggelar kajian-kajian semacam ini. Tujuannya adalah untuk menangkal penafsiran sempit tentang tasawuf.
“Tarekat dan tasawuf itu sekarang nggak laku, tidak menjual. Padahal jika kita mau mempelajari dan mempraktikkannya, pasti akan dapat ketenangan bathin. Nah, ketenangan itu yang tak ternilai harganya” ungkap Aviv saat ditemui usai acara.
Aviv menambahkan bahwa tujuan kajian selapanan yang digelar untuk umum ini juga untuk merangkul semua kalangan agar kembali pada jalan Allah. Dengan bidikan utama para pemuda, kajian dengan gaya santai ini diharapkan mampu menjadi penyambung lidah antara pemuda dengan dunia tasawuf.
“Pemuda itu (kebanyakan) menganggap kalau tasawuf itu cuma untuk orang tua. Nah, kami mengajak teman-teman khususnya mahasiswa untuk bertasawuf sebelum tua” pungkas Aviv dengan kelakar. (rls/rk)