Ini Dalil Puasa Sunnah di Bulan Rajab

rajab bulan istimewa

Rajab adalah termasuk bulan yang dimuliakan. Karena Rajab adalah bulan haram, yang disebut dalam Q.S at-Taubah (9): 36, yaitu bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Manusia diperintahkan memuliakan bulan-bulan tersebut dengan meningkatkan amal sholeh dan meninggalkan perbuatan-perbuatan dzalim, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Dalam Kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, Al-Imam an-Nawawy menegaskan bahwa puasa di bulan-bulan haram tersebut adalah disunnahkan. Imam Ar-Ruyyany berpendapat Rajab adalah bulan haram yang paling mulia, meskipun hal ini dibantah oleh An-Nawawy. Beliau menjelaskan Muharram adalah bulan yang paling utama setelah Ramadlan, berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Selain puasa di bulan-bulan haram, puasa yang disunnahkan antara lain puasa di bulan Sya’ban dan puasa hari arafah.

Bacaan Lainnya

 قَالَ أَصْحَابُنَا وَمِنْ الصَّوْمِ الْمُسْتَحَبِّ صَوْمُ الاشهر الحرم وهي ذوالقعدة وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبٌ وَأَفْضَلُهَا الْمُحَرَّمُ قَالَ الرُّويَانِيُّ فِي الْبَحْرِ أَفْضَلُهَا رَجَبٌ وَهَذَا غَلَطٌ لِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ الَّذِي سَنَذْكُرُهُ إنْ شَاءَ الله تعالى ” افضل الصوم بعد مضان شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ ” وَمِنْ الْمَسْنُونِ صَوْمُ شَعْبَانَ وَمِنْهُ صَوْمُ الْأَيَّامِ التِّسْعَةِ مِنْ أَوَّلِ ذِي الْحِجَّةِ وَجَاءَتْ فِي هَذَا كُلِّهِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ

Sumber: Kitab al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab, karangan Imam Yahya bin Syarif an-Nawawy as-Syafi’iy (6/386).

Ini dalil yang sangat jelas, tetapi banyak juga yang meragukan. Padahal, dalam hadits lain juga ditegaskan terkait pertanyaan Utsman bin Hakim kepada Sa’id Ibnu Jubair. Dialog kedua orang ini direkam oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya.

حدثنا عثمان بن حكيم الأنصاري، قال: سألت سعيد بن جبير عن صوم رجب ونحن يومئذ في رجب، فقال: سمعت ابن عباس رضي الله عنهما يقول: كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصوم حتى نقول لا يفطر، ويفطر حتى نقول لا يصوم

Artinya, “Utsman bin Hakim al-Anshari berkata, ‘Saya pernah bertanya kepada Sa’id Ibnu Jubair terkait puasa Rajab dan kami pada waktu itu berada di bulan Rajab. Said menjawab, ‘Saya mendengar Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Rasulullah SAW berpuasa (berturut-turut) hingga kami menduga Beliau SAW selalu berpuasa, dan Beliau tidak puasa (berturut-turut) sampai kami menduga Beliau tidak  puasa,’” (HR Muslim).

Terkait hadis ini, khususnya jawaban Sa’id Ibnu Jubair saat ditanya hukum puasa Rajab, Imam An-Nawawi dalam Al-Minhaj Syarah Shahih Muslim berpendapat sebagai berikut.

الظاهر أن مراد سعيد بن جبير بهذا الاستدلال أنه لانهى عنه ولا ندب فيه لعينه بل له حكم باقي الشهور ولم يثبت في صوم رجب نهي ولا ندب لعينه ولكن أصل الصوم مندوب إليه وفي سنن أبي دود أن رسول الله صلى الله عليه وسلم ندب إلى الصوم من الأشهر الحرم ورجب أحدها

Artinya, “Istidlal yang dilakukan Sa’id Ibnu Jubair menunjukan tidak ada larangan dan kesunahan khusus puasa di bulan Rajab. Hukumnya disamakan dengan puasa di bulan lainnya, sebab tidak ada larangan dan kesunahan khusus terkait puasa Rajab. Akan tetapi hukum asal puasa adalah sunah. Di dalam Sunan Abu Dawud disebutkan Rasulullah SAW menganjurkan puasa di bulan haram (bulan-bulan terhormat). Sementara Rajab termasuk bulan haram.”

Dari sini, Imam Nawawi sangat tegas terkait status hukum sunnah puasa di bulan Rajab. (red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *