Kenapa reuni 212 harus ada?
Berapa ongkos untuk memenangkan pemilihan Presiden ?
Besar sekali. Ada yang menyebut 5 trilyun, ada juga yang bilang sekitar 6 trilyun rupiah. Ongkos itu terbanyak digunakan untuk mengunjungi daerah-daerah kantung di seluruh pelosok Indonesia, termasuk Kalimantan dan Papua di pedalaman.
Ongkos semakin besar ketika harus membuat panggung-panggung acara. Semua itu urusannya dana. Tidak ada dana, ya harus putar otak semakin kuat.
PS sangat tahu itu, karena ia sangat berpengalaman di Pilpres. Dua kali ikut Pilpres membuatnya tahu cara menghitung ongkosnya. Dan sialnya, dua-duanya kalah.
Kalau melihat perkiraan diatas maka kita bisa berhitung untuk capres-capresan ini, PS sudah membakar uang setidaknya 10 trilyun rupiah. Wow, crazy rich hambalang..
Darimana asal uang itu? Dari mana-mana. Ada dari pribadi, dari perusahaan dan dari teman-teman pengusaha yang berhitung untung rugi jika Prabowo menang. Sayangnya track record dengan 2 kali kekalahan membuat nama PS semakin tidak kapable di mata pengusaha. Pengusaha adalah penjudi, mereka biasa bertaruh di sisi pemenang.
Dan disanalah letak kebingungan untuk mencari dana logistik sebesar yang dia keluarkan 2014 lalu. Pengusaha yang biasa menyumbang tarik diri karena sudah tidak percaya PS akan menang.
Bagaimana supaya mereka bisa tertarik lagi ? Ini yang menantang..
Harus dibikin bangunan kekuataan massa besar supaya bisa dilihat oleh para pendana bahwa ia punya kekuatan. Dan mengorganisir kekuatan ini murah biayanya daripada blusukan kesana kemari yang miskin pemberitaan.
Anggaplah hadirkan orang 100 ribu orang dikali 200 ribu rupiah untuk ongkos acara. Cuma 20 miliar rupiah. Diharapkan dengan membiayai acara yang menghadirkan 100 ribu orang bisa memancing lima kali lipatnya jumlah peserta.
Jadi kita bisa melihat kenapa reuni 212 itu harus ada. Untuk branding, menarik minat kembali, sekalian menaikkan elektabilitas. Dengan perkiraan biaya 20 miliar rupiah, sekali dayung dua tiga pulau terlampaui.
Dan benar saja, acara yang dibalut dengan nafas keIslaman itu sejatinya adalah kampanye terselubung. Teriakan-teriakan kampanye terdengar di acara begitu juga ceramah-ceramahnya.
Dengan foto-foto yang diambil sudutnya supaya acara terlihat besar, ditambah dengan narasi “yang hadir jutaan orang”, maka kesimpulan yang ingin dicapai adalah bahwa “umat yang terbesar di negeri ini mendukung capres tertentu”.
Dan kemudian proposal untuk pencarian logistik kembali beredar…
Simple, kan ? Seruput kopi dulu biar paham..
(Penulis: Denny Siregar)