Ingin Lahirkan Kader Penulis, PAC IPNU-IPPNU Pajangan Gelar Seminar Jurnalistik

Seminar Jurnalistik PAC IPNU IPPNU Pajangan

“Dari menulis kita bisa dikenang, dengan menulis kalian bisa dikenal, nah maka dari itu jangan hanya membaca sejarah namun buatlah sejarah, seperti kata Wahid Hasyim, putra dari KH. Hasyim Asy’ari,” kata Nur Rokhim dari Bangkit Media di hadapan para peserta.

Ahad (8/9/2019), Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU-IPPNU Pajangan mengadakan Seminar Jurnalistik di Balai Desa Guwosari Iroyudan Pajangan Bantul, dengan mengusung tema “Satu Goresan Berjuta Perubahan Menuju Kader Militan di Era Milenial”. Acara ini diikuti oleh 50 peserta dari berbagai organisasi masyarakat. Dengan tujuan memberikan pelatihan kepenulisan, khususnya bidang pemberitaan/pers serta menyalurkan kemampuan menulis peserta.

Acara dibuka oleh Perwakilan Lurah Desa Guwosari serta ketua MWCNU Pajangan. Peserta mengikuti rangkaian acara dengan khidmat. Yudi Susanto yang mewakili Lurah Desa Guwosari mengatakan bahwa segenap anak muda haruslah belajar menulis, karena banyaknya berita hoax.

“Dengan adanya acara ini diharapkan seluruh peserta dapat membedakan benar/tidaknya suatu berita,” katanya dalam sambutan.

Pada seminar ini Nur Rokhim membawa seluruh peserta  terbang jauh ke  zaman dahulu, tepatnya tahun 1928. Pada tahun itu pertama kalinya majalah Nahdlatul Ulama diterbitkan oleh KH. Wahab Chasbullah  yang diberi nama  Suara Nahdlatul ulama. Majalah tersebut diterbitkan untuk menyuarakan dan membela amaliah aswaja yang diserang oleh kelompok modernis.

Febri Isnandar salah satu peserta mengatakan bahwa pelatihan ini mampu membangkitkan semangat menulis

“Seminar jurnalistik ini mampu membangkitkan semangat menulis, serta Insyaallah memberi tambahan ilmu pengetahuan,” katanya.

Peserta Pelatihan

Selesai sesi materi, para peserta kemudian diberi tugas untuk menulis berita dari kegiatan tersebut. Para peserta antusias mengerjakan tugas yang diberikan oleh panitia.

Seperti yang kita ketahui, bahwa acara ini bertujuan untuk menumbuhkan Jiwa jurnalistik pemuda indonesia dan memberikan pengetahuan dalam menciptakan sebuah karya ataupun berita, sehingga berita tersebut dapat diakses dan bermanfaat bagi para pembaca “jika kamu bukan anak raja atau ulama besar maka menulislah” (Imam Al Ghozali).

Intinya menulis bukan sekedar eksistensi belaka, bukan untuk mencari keviralan. Seminar ini memberikan berbagai metode dan informasi, mulai dari sejarah pencetus majalah, dasar dasar jurnalistik, jenis jebnis berita, persiapan wawancara dan kelayakan berita untuk diunggah media.

Nur Rokhim menuturkan bahwa jika berhenti menulis berarti kita berhenti memperjuangkan apa yang diperjuangkan oleh para kyai. “Menulis bukan sekedar menulis, menulis juga untuk memperjuangkan kebenaran”

Menulis adalah senjata mematikan, bahkan seorang Napoleon Bonaparte pun takut bukan dengan 1000 orang bersenjata, namun dengan seorang jurnalis dengan pena dan kertasnya. Kenapa? Karena informasi tidak bisa dimatikan, informasi bisa menjadi doktrin yang mampu memengaruhi pikiran banyak orang.

“Ilmu menulis itu ilmu praktik, jadi jalan satu satunya ya just write,” tandas Nur Rokhim. Oleh karena itu, mulai nulis aja dulu.

Penulis: Afi Muhammad Noor Ma’arif, Novi Trisna Anggrayni, Alifya Amiroh, Nur Ilyas. Penulis merupakan para peserta dari acara “Seminar Jurnalistik” yang digelar PAC IPNU IPPNU Pajangan.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *