Humor Tingkat Tinggi KH Ali Maksum Krapyak dan KH Bisri Mustofa
Mendengar kedua putranya (KH. Atabik Ali dan KH. Jirjis Ali) izin pamit untuk sowan ke Rembang, Mbah KH. Ali Maksum dawuh:
“Tunggu sik, aku tak titip surat. Mengko tekan Rembang, aturno salam lan suratku iki nyang Kiai Bisri Musthofa. Penting!”
Sesuai arahan sang ayah, kedua putra beliau berangkat sowan dan menyampaikan salam berikut surat yang dibawa.
Dengan penuh rasa penasaran, Kiai Bisri membuka Surat Penting dari sahabat karibnya itu.
Dan kemudian…: Ha ha ha ha.
Pecahlah tawa Kiai Bisri setelah membacanya.
Kiai Atabik serta Kiai Jirjis muda terbengong-bengong melihatnya.
Belum sempat bertanya mengenai isinya, Kiai Bisri lebih dahulu menjelaskan, Ono ono wae abahmu ki, iki woconen dewe surate abahmu!!
(isi surat tersebut kira-kira begini)
;السلام عليكم
ايكي جاه لورو اتابك على لن جرجس علي تولوع دي فاريعي ماداع
(علي معصوم كربياك)
والسلام عليكم “
“Assalamu ‘alaykum. Iki cah loro; Atabik Ali lan Jirjis Ali tulung diparingi madang. [Ali Maksum Krapyak]. Wassalamu ‘alaykum.”
Demikian Humor Tingkat Tinggi KH Ali Maksum Krapyak dan KH Bisri Mustofa semoga bermanfaat. amiin
Baca juga : Bukan Corona, Ini Virus Paling Berbahaya di Dunia
Bonus humor
Humor: Ketika 3 Santri Melamar Putri Cantik Pak Kiai
Humor antara santri dan kiai seringkali terjadi tanpa sengaja. Kehidupan pesantren memang tak bisa dilepaskan dari humor. Entah apa sebab-musababnya, tapi interaksi antara kiai dan santri selalu menghadirkan humor yang tak terduga. Tanpa humor, rasanya kurang sempurna membincangkan dunia pesantren.
Demikian juga humor berikut ini. Kisah tiga santri yang sengaja ingin melamar putri cantik pak kiai. Silahkan menikmati selengkapnya.
Santri 1
Kiai : “Siapa namamu?”
Anas : “Anas, Kiai”.
Kiai : “Bagus nian namamu nak. Maksud kedatangan mu?”
Anas : “Saya mau melamar putri Kiai”.
Kiai : Oh.. kalo gitu di tes dulu ya… Coba baca surat Annas sesuai dengan namamu”.
Anas : “Baik, Kiai….”.
Lalu dia membaca surat Annas 6 ayat dengan lancar. Pak Kiai manggut -manggut.
Santri 2
Kiai : “Sekarang kamu siapa?” sambil menatap santri ke 2.
Thoriq : “…Thoriq, Kiai”
Kiai : “Hmm .. nama yang bagus. Sekarang kamu baca surat At-Thariq”
Thariq : “Baik, Kiai…”
Lalu santri ke 2 itu membaca surat At-Thariq 17 ayat dengan hati-hati takut tidak hapal. Kiai manggut-manggut senang.
Santri 3
Lalu kiai Kiai menatap santri ke 3 yang tampak pucat gemetaran … (membayangkan surat Ali Imron yang 200 ayat)
Kiai : ‘Siapa namamu..?”
Imron : (berkeringat dingin) “Saya Imron Kiai,.. tapi biasa dipanggil Qulhu….”
Kiai : “Hahh….!!!”
Sumber kisah: Gus Muhammad Shofi Mubarok dari KH. Jirjis Ali.
(red)