“Gus, hukumnya bersuci dari najis apa?”
“Menurut siapa dulu, NU apa 212”
“NU, deh”
“Wajib”
“Kalau 212?”
“Sama”
“%$@#%&%$@#&”
“Kalau hukumnya sholat?”
“Menurut siapa dulu, NU apa 212?”
“212, deh”
“Wajib”
“Kalau NU?”
“Sama”
“%$@#%&%$@#”
“Kalau hukum menegakkan kepemimpinan?”
“Menurut siapa dulu, NU apa 212?”
“212, aja deh”
“Wajib”
“Kalau NU?”
“Sama”
“%$@#&%$#@&%”
Sreeeeet__________
“Gimana sih, kalau jawabannya sama melulu kenapa harus dibedakan?”
“Lha kenyataanya memang beda kok”
“Emang bedanya apa?”
“Bedanya, kalau NU, anda ngapa-ngapain harus pakai ilmunya NU, cara yang diajarkan kyai NU, manut ulama NU dan harus sesuai madhab NU. Maka bersuci ada caranya, gak boleh sembarangan. Sholat juga ada caranya gak boleh ngawur sukur sholat. Menegakkan kepemimpinan juga tidak boleh asal mangab saja, harus pakai akhlak dan beretika”
“Kalau 212?”
“Kalau 212, anda ngapa ngapain gak perlu ngaji, bisa tanya langsung ke mbah Google. Gak perlu minta fatwa kyai NU, apalagi sampe gudiken di pondok. Cukup rutin demo maka sudah jadi alumni dan berhak ikut reuni. Tidak perlu pake ilmu ajaran para kyai NU, asal bersuci, asal sholat, asal mendukung 212, bila perlu ikut alunan takbir korlap aksi demonstrasi, anda sudah berhak mengklaim paling Islam dan paling suci”
“%$@#&%$@#&”
Sreeeeeet__________
Foto hanya pemanis untuk jadi i’tibar kita semua. Semoga kita jadi umat Muhammad yang berilmu, berakhlak dan beradab. Bukan umat yg asal-asalan “walakin ya yasy’urun”.
(Penulis: Gus Yazid)