Hikmah Humor Madura: Haji Dulu Saja, Beli Mobil Tidak Masuk Rukun Islam.
Semangat Islam orang Madura, nggak perlu diragukan. Demikian pula ke-NU-an nya, walau yang ini sekarang sudah tidak 100% lagi.
Dalam menjalankan syariat Islam, wow semangat pol. Lima rukun Islam harus dijalankan sempurna. Kaum muslim yang belum berhaji, dianggap belum sempurna Islamnya. Sehingga ibadah umroh dan haji di Madura, merupakan ibadah favorit dan diidamkan semua muslim disana. Bahkan agar bisa berhaji, mereka mlonjo ke luar daerah, bekerja dan menabung untuk haji, ada juga yang jual tanah dan sebagainya.
Rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya tidaklah begitu penting, sebelum mereka berhaji.
Sebagian masyarakat Madura, agar bisa berhaji, mereka menjadi mukimin di Arab Saudi, bekerja keras. Ada yang berjualan makanan, tukang cukur, pelayan, pegawai, muthawif dan sebagainya.
Warga Madura di Saudi kemungkinan adalah yang terbanyak dari Indonesia. Baru disusul Kalimantan dan Nusa Tenggara (utamanya Lombok). Banyak teman saya yang menjadi mukimin dari Madura, Banjarmasin dan Lombok.
Seorang ulama di Madura, belum dianggap sempurna keulamaannya jika belum berhaji.
Setiap kali saya di Madinah dan Makkah, banyak saya jumpai orang Indonesia dari Madura. Saya sering ngobrol dengan mereka, termasuk jamaah hajinya.
Kadang saya bertanya sambil bercanda, “Pak. Anda menunaikan haji, berarti kaya dong?”.
Jawabannya sekenanya, tapi membuat saya kagum.
Dengan santai mereka bilang:
“Kyai, kami ini di Indonesia belum punya mobil, ada juga sepeda onthel, yang penting haji dulu lah…”
Saya tanya, “kok bisa begitu…?”
Jawabannya terkesan lucu tapi sungguh menggetarkan jiwa, membuat lutut saya lemas, mata saya sampai sembab, ingin menangis saja, karena malu.
“Membeli mobil, itu tidak masuk rukun Islam. Tapi haji itu termasuk rukun Islam…!” begitu jawab mereka.
Lalu saya mencoba menegaskan, “Kan syarat haji harus mampu pak!”
Mereka menjawab sekenanya, “Mampu itu bisa kita buat. Kemampuan dicari, jangan dinanti. Hanya orang goblok yang menanti kemampuan”.
Saya hanya meringis, kok saya kalah keyakinan ya sama si Madura ini.
Begitupun jama’ah umrah, rata-rata mereka mengaku belum punya apa-apa.
Ini pengalaman satu tahun lalu. Saya coba tegaskan, umroh itu cuma Sunnah. Mereka menjawab:
“Umrah dululah, mau haji daftar tunggu lama, biar tidak mati seperti orang kafir…” begitu jawabnya.
Lha masak umroh dan menjadi haji rumahnya masih jelek?
Ini pun dijawab dengan ketus, “Masalah rumah, tabungan dan lain-lain Ndak jadi pertanyaan kubur. Haji, atau umrah jika belum haji, pasti ditanyakan”. Ya Allah, begitu tegas dan bernas jawaban mereka.
Maka, jika diukur dari sudut keislaman, sungguh itu adalah bentuk tauhid kelas tinggi, ma’rifat yang nyaris sempurna. Kemampuan jangan dinanti, namun harus dicari dan diupayakan. Bisa jadi dengan mengusahakan kemampuan, walau belum saatnya, atau secara itung-itungan belum cukup, Allah justru yang “memampukan” kita. Karena ternyata ada bentuk kemampuan yang merupakan anugerah, bukan kemampuan karena hasil usaha.
Saya teringat hadist dari Ali bin Abi Thalib dengan lafazh:
مَنْ مَلَكَ زَادًا أَوْ رَاحِلَةً تَبْلَغُهُ إِلَى بَيْتِ اللهِ وَلَمْ يَحُجَّ فَلَا عَلَيْهِ أَنْ يَمُوْتَ يَهُوْدِياًّ أَوْ نَصْرَانِيّاً وَذَلِكَ أَنَّ اللهَ يَقُوْلُ فِيْ كِتَابِهِ وَلِلَّهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ
“Barangsiapa memiliki bekal atau kendaraan yang menghantarkannya ke Baitullâh, namun tidak berhaji, maka silahkan dia mati sebagai orang Yahudi atau Nashrani. Hal itu karena Allâh berfirman: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allâh, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah.” (HR. Tirmidzi No. 812)
Ya Allah. Semoga kami tidak terhitung sebagai orang yang Engkau anggap kafir, karena merasa diri tidak punya kemampuan berhaji
Semoga Allah mengundang dan mengizinkan kita menjadi tamu-Nya di Baitullah… Aamiin.
Demikian Hikmah Humor Madura: Haji Dulu Saja, Beli Mobil Tidak Masuk Rukun Islam
Penulis: KH Muhammad Sholihin, Boyolali.
Artikel terkai baca di sini