Humor: Ketika GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah Ribut Soal Tahlil
Organisasi NU dan Muhammadiyah adalah organisasi asli produk Indonesia. Dua organisasi ini didirikan oleh dua orang seperguruan, yakni Hadratusyeikh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Ahmad Dahlan. KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah tahun 1916, sementara Hadratusyeikh mendirikan NU tahun 1926.
Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, dua organisasi ini memiliki peran yang tidak sedikit. Dua-duanya bahu membahu membebaskan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah.
Walaupun lahir dari rahim yang sama, yakni bumi pertiwi, kedua organisasi ini memiliki perbedaan dan juga persamaan. Perbedaan di antara dua organisasi ini salah satunya dalam persoalan khilafiyah. Misalnya, NU melakukan amaliah doa qunut waktu subuh, sementara Muhammadiyah tidak. NU gemar melakukan ziarah kubur, Muhammadiyah tidak. NU terbiasa melakukan kenduren atau tahlilan, Muhammadiyah tidak. Dan masih banyak lagi yang lainnya.
Suatu ketika, dalam sebuah ceramah di Pondok Pesantren Gontor, alm. KH. Hasyim Muzadi mengisahkan cerita tentang GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah ribut soal tahlil.
Doa untuk orang meninggal, apakah sampai nggak untuk orang mati?
“Kata anak Ansor sampe. Buktinya, karena setiap kiriman tidak pernah kembali,” cerita Kiai Hasyim Muzadi yang disambut gelak tawa para hadirin.
Pemuda Muhammadiyah nggak mau kalah dan nggak terima.
“Kalau memang terkirim, mana tanda buktinya?”
Grrrrrr. Semua tertawa.
Demikian Humor: Ketika GP Ansor dan Pemuda Muhammadiyah Ribut Soal Tahlil semoga terhibur
(Rokhim Nur/bangkitmedia.com)