Ada seorang cina yang dekat sekali dengan Gus Dur. Hampir tiap hari selalu nyambangi Gus Dur meski hanya sebentar. Banyak hal yang mereka bicarakan, dari persoalan agama, politik, ekonomi, sosial hingga urusan keamanan.
Singkat cerita, orang Cina itu meninggal. Tapi dia belum sempat masuk Islam. Hanya saja ia berpesan sama anaknya, “jika saya mati, sebelum dikremasi saya ingin disholati seperti matinya orang Islam”.
Maka sang anak datang kepada Gus Dur menyampaikan pesan orang tuanya.
“Gus, sebelum meninggal papa pernah berpesan minta disholatkan dulu seperti orang Islam, sebelum dikremasi”.
“Oh, begitu ya, tidak ada pesan lain?”, tanya Gus Dur.
“Setahu saya tidak ada Gus”, jawab sang anak.
“Baiklah kami persiapkan”, kata Gus Dur.
Sambil mempersiapkan, Gus Dur memerintahkan santrinya untuk mengambil air wudlu,
“Ayo sholat berjamaah, itu jenazah dibawa masuk sekalian dan ditaruh di shaf paling belakang”.
“Gus, setahu saya, biasanya kan jenazah ditaruh di depan” ujar si anak, seolah mengingatkan Gus Dur.
“Iya, berhubung papa kamu belum tahu cara sholat, jadi ya saya ajarin dulu, diletakkan di belakang biar tahu caranya”, jawab Gus Dur serius.
“oh, begitu ya Gus”, kata si anak.
Lalu Gus Dur dan para santri mengerjakan sholat Dzuhur berjamaah.
Sumber : Majalah Risalah | Edisi 62 | Tahun X | 1437 H | Juli 2016