Rabu, 26 Juli 2017, sekitar jam 20.00 WIB, haul pertama Gus Kelik dihelat di lapangan Pesantren Krapyak Yogyakarta. Para kyai berdatangan, apalagi para pecinta sholawat yang telah ditemani Gus Kelik sepanjang hidupnya. Mereka rindu Gus Kelik. Sangat rindu, karena melekatnya seorang Gus Kelik dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Lapangan Pesantren itu dipenuhi umat, baik kecil, muda, hingga tua. Mereka tak merasa capek, justru sangat bahagia, penuh suka cita, terasa ditemani Gus Kelik dalam bersholawat.
Gus Hilmy, Wakil Rektor UNU Jogja yang juga keponakan Gus Kelik, menjelaskan bahwa kunci sukses Gus Kelik dalam memimpin umat adalah prinsip memudahkan. “Prinsip ini beliau jadikan pedoman dan dijalankan sedemikian rupa, serta dipertahankan dari anasir-anasir yang melawannya. Contoh yang gampang diingat bagi mereka yang mengenal beliau, Pak Kelik biasa memanggil orang dengan nama-nama yang mudah diucapkan,” tegas Gus Hilmy.
Sementara itu, H. Lutfi Hamid, Kepala Kanwil Kemenag DIY, menegaskan bahwa pelajaran berharga yang diajarkan Gus Kelik dan membekas kuat dalam sanubari masyarakat adalah bagaimana beliau mengajarkan cinta yang tulus.
“Gus Kelik mengajari kita untuk tidak mengharapkan balasan apapun atas yang kita lakukan. Tulus kepada Allah saja. Ini totalitas cinta yang akan memberikan energi besar bagi kita, tak pernah putus,” tegas Lutfi yang juga Ketua LTN NU DIY.
Banyaknya jama’ah yang berduyun-duyun dalam haul pertama Gus Kelik ini menjadi saksi bahwa sosok Gus Kelik memang mempunyai “rumah ruhani” tersendiri di hati masyarakat. Banyak kenangan masyarakat yang ditulis di berbagai media sosial, termasuk yang sudah lengkap terekam dalam Majalah Bangkit Edisi Agustus 2016. Siapa yang tertarik, bisa menghubungi ke kantor Bangkit di PWNU DIY.
Haul pertama Gus Kelik ini akan mengalir menuju haul-haul berikutnya. Tentu saja, ini melengkapi rangkaian acara akbar yang selalu dihelat di Krapyak. Mulai haul Mbah Munawwir, haul Mbah Ali, dan acara lainnya. (md)