Hadirnya Dhakon, Jamal Sembuh dari Kecanduan Game

KB Tunas Karya
KB Tunas Karya

Feature

Oleh: Sholikul Hadi, Warga Desa Mekar Jaya

“Bu, mataku sakit sekali, kepalaku juga pusing, Bu,” Jamal memegang kepala sambil meringis, nyaris menangis.

Jamal, anak Kelompok Bermain (KB) Tunas Karya. KB Tunas Karya bertempat di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Desa Mekar Jaya sebuah desa terpencil, di pinggir Selat Bangka. Mayoritas masyarakat yang tinggal di Desa Mekar Jaya yaitu penduduk tranmigrasi. Untuk perjalanan ke Desa Mekar Jaya dari Jembatan Ampera hanya bisa ditempuh lewat transportasi air dengan speed boat (kapal cepat) dengan waktu 4 jam.

Jamal sangat-sangat kecanduan main game di gadget. Sampai-sampai setiap pulang sekolah Jamal main game sampai lupa waktu, lupa makan, lupa main sama teman-temannya, lupa belajar dan rutinitas Jamal hanya mendekam di kamar main game setelah sepulang sekolah.

“Aku binggung menyuruh berhenti Jamal main game. Setelah pulang sekolah bukan ganti baju terus makan siang, tetapi yang di pegang gadget,” keluh Zumrotun ibunya Jamal.

Rutinitas Zumrotun selain mengantar Jamal ke sekolah, setiap sore juga membantu Wartono suaminya kesawah. Menginggat orang tua Jamal seorang petani yang bercocok tanam padi.

“Bagaimana, ya, Bu, menyembuhkan candu game Jamal?,” tanya ibunya Jamal ke Bu Arik yang kebetulan wali kelas di KB Tunas Karya ketika menunggu anak didiknya datang kesekolah.

“Ini lagi cari formula untuk mengatasi kasus seperti Jamal, Bu, bukan hannya Jamal teman-temannya juga ketularan candu game, Bu,” jawab Bu Arik.

“Saya mulai berpikir untuk menemukan sebuah rahasia hebat yang terkubur dalam kemajuan gadget. Apa, ya? Saya ada ide, hanya masalahnya ibu-ibu mau menerima apa tidak,” timpal Bu Ummu sebagai tenaga pengajar KB Tunas Karya di riuhnya pagi ketika anak datang ke sekolah.

Bu Ummu nyerocos sama ibu-ibu wali murid….

Ibu-ibu Mau, idenya?

Hehe…beneran, yakin? Sini lo Bu, saya bisiki.

“Banting gadget ibu”

Lo, kok memandang saya dengan mata melotot begitu, jangan dong Bu. Resep itu resep konyol Bu, tapi ibu pasti tidak rela kan hehe… Saya masih banyak resep Bu, dijamin top dan manjur deh!

Begini Bu, bukannya kita waktu sekolah dulu enjoy main Petak Umpet, Benthik, Gobag Sodor, Kelereng, Gangsingan dan Cogklak atau Dhakon! Sekarang kok punah ya, Bu.

Bu Zumrotun mulai berpikir untuk mengobati kecanduannya Jamal. Suatu hari Ia teringat dan membuka lemari, diambil dhakon unik peninggalan kakeknya. Kebetulan kakek membuat dhakon dari kayu jati dan diplitur jadi sampai Ia punya anak dua masih gagah wujudnya. Niat awal Ia ingin bernostalgia, selain mau mengiming-imingi anaknya Jamal. Siapa tahu tertarik main dhakon.

Waktu itu Ia bermain dhakon sama suami, sambil ketawa-ketiwi kayak anak kecil, bisa dikatakan seperti masa kecil kurang bahagia hehe… Apa yang terjadi? Jamal menyalip bapak-ibunya yang asyik main, yang awalnya melototin gadget terus ikut nimbrung main dhakon.

Permainan dhakon biasanya dimainkan 2 orang, dhakon memiliki 7, 9 atau 11 buah lubang. Lubang-lubang dalam papan dhakon itu akan diisi menggunakan batu kecil atau krikil, atau biji-bijian sesuai urutan. Diakhir permainan, isi dari lubang bandar akan dihitung dan pemain yang mendapatkan krikil paling banyak itulah pemenangnya.

“Ini permainan apa Bu?” tanya Jamal.

Ia menjawab, “Ini dhakon Nak, saya waktu kecil mainnya ya gini, bukan game di gadget.”

“Kok aku baru tahu sih, Bu?” timpal Jamal lagi.

Ia menjawab, “Maaf ya Jamal ibu terlambat mengenalin permainan dhakon ini.”

Andai  dari kecil Jamal di kenalkan dhakon mungkin matanya tidak sakit dan kepalanya tidak pusing, sebab kelamaan main game.

Alhasil, Jamal main dhakon beronde-ronde sama ayahnya. Plong rasanya jurus untuk mengalihkan perhatian dari game mulai manjur, renung Ia sambil mengelus dada.

Karena mereka juga tidak mungkin memusnahkan gadget, muncullah sebuah ide. Ia berinisiatif membuat perjanjian kecil sama Jamal, “Mulai sekarang, kalau mau main game di gadget, kamu harus ngalahin bapak atau ibu main dhakon, ya?” Jamal mengangguk tanda setuju.

Lebih senang lagi, Jamal mengajak kakaknya yang baru masuk SMP untuk main dhakon. Sebelumnya sama, Si kakaknya juga gila game. Akhirnya Jamal asyik main dhakon sama kakaknya. Jadi, ada pemain pengganti yang mewakili orangtuanya untuk melayani Jamal main dhakon.

Dhakon permainan tradisional, ramah dan mampu meningkatkan anak usia dini dalam hal hitung-menghitung. Popoknya cocok dan recommended buat ibu-ibu yang punya anak kecanduan game, selamat mencoba semoga berhasil.

Nah, Anda mau meniru ibu Zumrotun bernostalgia main dhakon, sekaligus mengalihkan anaknya dari game?

Silahkan. Ini cara mudah lo, tetapi kalau hasilnya tidak segera muncul, lalu menganggap saya hanya mengibul, jangan menuntut ganti rugi kerumah saya lo, penulis tidak punya uang untuk ganti rugi haha…!

Soalnya…

Ibu Zumrotun masih punya resep lama yang tersimpan rapi dan mengendap di dapur pemikirannya, ini Dia.

Bermain dhakon untuk mengalihkan dari game itu penting buat Bu Zumrotun. Tetapi, tidak terus manjur seperti pesulap bilang simsalabim atau seperti kehendak Tuhan kun faya kun. Jangan berharap upaya itu bisa menyembuhkan kecanduan game secara total.

Sejak Jamal dan Kakaknya masih kecil, mereka sudah mengenalkan dengan bacaan-bacaan cerita bergambar. Ketika, Jamal baru jalan sudah suka membuka-buka buku kakaknya yang ada gambarnya. Sampai-sampai suatu hari Jamal memamah buku itu.

Jamal pertama dikenalkan buku abjad bergambar. Tahap demi tahap, bacaan mereka berkembang seiring pertumbuhan mereka. Menjelang tidur siang, bacaan umum. Sebelum tidur malam, kisah-kisah dongeng seperti; Bawang Merah-Bawang Putih, dongeng Kancil, Sangkuriang, Ciung Wanara sampai cerita Abu Nawas yang menghadirkan tawa anak. Mereka berusaha setiap minggu membelikan Jamal buku-buku bacaan dan cerita. Singkatnya, ayahnya yang membeli buku, ibu membacanya untuk anak-anak. Kolaborasi yang hebat, bukan?

Ketika Jamal sudah lancar membaca, mereka melanggankan untuk beli buku di pasar setiap minggunya. Setiap pulang sekolah, habis ganti baju, makan siang, Jamal melanjutkan bacaan buku ceritanya sampai tertidur pulas.

Main game, memang mereka batasi. Hanya waktu tertentu, dan sangat ingin main Jamal dibolehkan main. Tentunya dengan pengawalan bapak-ibunya. Selebihnya gadget sekedar buat kebutuhan komunikasi atau memutar musik penghibur dikala jenuh.

Adanya teladan yang konsisten juga menentukan keberhasilan upaya ini. Anak-anak mereka tentu sangat berkesan mempunyai ayah dan ibu yang sama-sama suka main dhakon, sama-sama suka membaca dan mendongeng. Dengan dhakon, cerita dongeng, pelan-pelan, mudah-mudahan, jadi aktivitas yang mengasikkan bagi mereka.

Kini Jamal jadi sering mengajak temannya main dhakon. Bahkan, dhakonnya selalu dibawa sekolah sambil menantang teman-temannya bermain. Makin membuat temannya penasaran, bukan. Singakatnya para pecandu game, waktu bermain game mereka harus dibagi dengan main dhakon.

Selain itu juga Jamal suka mendongeng sama teman-temannya. Tentu dongeng itu hasil buah cerita pengantar tidur dari bapak-ibunya. Melihat kebiasaan Jamal, Bu Arik sebelum pulang memberi waktu Jamal untuk maju dan bercerita. Tujuannya teman-temannya supaya terhibur dan supaya menuntut orang tuanya berbagi kisah-kasih, minimal menjelang tidur anak. Berawal dari jerih payah orang tua Jamal, mengobati candu game. Kini, menjadi pekerjaan rumah orang tua untuk terampil dan berkreasi menghadapi problem anak.

Memang saat ini sulit membendung anak dari game. Untuk itu orang tua jangan sampai memfasilitasi anak gadget dulu. Setelah mempertimbangkan banyak hal, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun resmi menetapkan kecanduan game sebagai penyakit mental dan mempengaruhi kesehatan anak, seperti kasus Jamal. Melalui kisah ini, marilah cintai anak kita, sayangi mereka, didiklah mereka secara sehat, sebab anak adalah aset orang tua dan bangsa.

Walau sebagai daerah tertinggal, terpencil Desa Mekar Jaya tidak kalah dalam memajukan pendidikan anak usia dini. KB Tunas Karya berdiri pada tahun 2012 berkat gotong-royong masyarakat. Masyarakat Mekar Jaya aktif subangsih dalam meningkatkan mutu pendidikan, bukan hanya sekadar memberikan bantuan berwujud material saja, namun juga memberikan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan inovatif demi kemajuan KB Tunas Karya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *