FREEPORT, pertarungan besar Jokowi.
“Pak, kita tidak mungkin bisa ambil alih Freeport..”
“Kenapa ?”
“Teknologi penambangan bawah tanah itu canggih sekali. Alat-alatnya super rumit dan hanya mereka yang kuasai teknologinya. Kalau mereka hengkang dan bawa teknologinya, itu tambang Freeport bisa tidak beroperasi lagi dan bayangkan ribuan orang yang tidak bekerja…”
Keputusan yang sangat sulit ditengah tekanan seperti itu.
“Kalau begitu, kita beli mayoritas sahamnya. Biar mereka tetap disana dan bekerja untuk kita..”
“Tapi, pak… Darimana kita punya uang ?? Saham Freeport mahal sekali..”
“CARI ! Bagaimanapun caranya, mayoritas saham harus jadi milik kita. Kalau tidak, mundur semua..”
Dialog ini saya dapat dari kalangan yang mengetahui asal mula pengambilan-alihan Freeport itu, menunjukkan betapa keras kepalanya seorang Jokowi.
Dan bukan hanya bicara, Jokowi mengawasi terus perkembangannya dari waktu ke waktu dengan ketat. Tetapi yang dia harapkan tidak sesuai dengan kenyataan.
Menteri yang lama, malah muter-muter cari perhatian dengan segala drama yang bertujuan untuk mengangkat namanya sendiri. Bukannya menyelesaikan masalah, dia malah cari panggung untuk dirinya sendiri.
Jokowi tidak sabar. Pecat. Habis perkara. Tekadnya kuat untuk mengambil Freeport selama dirinya masih menjabat. Dan sesudah kemana-mana, akhirnya dipanggillah Ignasius Jonan untuk menjadi panglima. “Harus orang gila yang bisa menyelesaikan pekerjaan gila !” Begitu serunya.
Jonan harus didampingi seorang yang sangat mengerti teknis, dan diambillah Archandra menjadi kopilotnya. Dua serangkai ini bekerja siang malam untuk mendata, melobby, mencari celah bagaimana supaya bisa mendapat uang untuk membeli Freeport. Mereka pekerja dan bukan pencari panggung, hal yang disukai oleh Jokowi.
Dan kita bisa melihat betapa drama Freeport begitu kuat tekanannya, mulai dari Jokowi hendak dijatuhkan, Archandra yang dimasalahkan kewarganegaraannya sampai drama “papa minta saham”. Luar biasa..
Jokowi dari luar memang terlihat lemah, tetapi orang disekitarnya paham bahwa kepala dan dada orang itu sekuat baja. Dia fokus pada target dan tekad untuk mendapatkan apa yang diinginkan..
Dan disinilah kita sekarang, Freeport berhasil dikuasai 51 persen sahamnya. Jokowi tersenyum. Jonan tersenyum. Begitu juga Sri Mulyani, Archandra dan pejabat di sekitar mereka. Pekerjaan tuntas. Mereka semua bisa bernapas lega..
Lawan politik Jokowi selalu salah menempatkan diri. Mereka tidak tahu, semakin mereka nyinyir dan meragukannya, Jokowi malah semakin tertantang mewujudkannya. Dan di depan layar televisi, Jokowi tersenyum halus seperti berkata, “Yang bilang saya tidak mampu mengambil Freeport, silahkan usap airmata..”
Seorang teman dulu pernah berkata, “Freeport hanya bisa diambil oleh seorang pemberani dan jujur. Terlalu banyak serigala yang melindunginya..”
Dan dialah Jokowi, seorang putra Solo yang dengan pedangnya berhasil mengembalikan simbol kebanggaan negeri ini.
Seandainya Jokowi adalah King Leonidas dalam film 300, ia sudah pasti menghunus pedang dalam pertarungan besar dan berteriak geram, “This is Spartaaaa !!!”
Angkat cangkir kopinya. Presiden gua ! ☕☕
Penulis: Denny Siregar