Edy Rahmayadi, PSSI Bisa Apa?

musthoriq pandanaran

Akhir-akhir ini banyak yang memperbincangan tentang PSSI Bisa Apa??

Pembahasan  Sepak bola di dalam negeri Indonesia ini tidak asing lagi kita, apalagi menyangkut dengan mafia PSSI tentu saja kita akan jengkel bahkan benci dengan orang-orang yang bermain dengan semau hatinya. Realitas yang kita hadapi saat ini mengecewakan harapan besar akan kemajuan sepak bola Indonesia.

Sepak bola bukanlah menjadi olah raga kuasa mengkuasai, namun sepak bola berkaitan dengan bagaimana kita berusaha menyatukan kemajemukan kita bersama melalui sebuah kompetisi yang sehat, kompetitif tanpa mengabaikan nilai-nilai sportifitas.

Kesadaran kita bersama akan potensi sepakbola Indonesia harus segera ditindaklanjuti dengan sesegera mungkin dalam sebuah tata kelola yang menjamin sepakbola bisa dinikmati semua orang. Pemerintah harus menjamin hadirnya lapangan sepak bola di setiap daerah bahkan setiap desa, jangan biarkan rakyat kehilangan lapangan sepakbolanya dikarenakan ego pemutus kebijakan untuk dijadikan kawasan bisnis.

Pemikiran di mana sebenarnya kekurangan atau kelemahan PSSI dalam membina persepakbolaan di Indonesia tentu akan selalu menjadi perdebatan yang menarik. Penulis berusaha mengkaji berdasarkan teori Bompa (1983) di mana prestasi optimal dapat dicapai melalui pembinaan yang sinergis dan berkesinambungan seluruh komponen pendukung prestasi. Komponen pendukung tercapainya prestasi optimal satu diantaranya adalah dilaksanakannya kompetisi yang berkualitas.

Terkait pemain asing di Indonesia, kandidat pelatih timnas U-15 ini tidak risau dengan adanya aturan baru berupa pengurangan kuota pemain asing. Baginya, yang paling penting bukan kuantitas, tetapi lebih kepadakualitas. Wacana naturalisasi pemain untuk timnas Indonesia memang kembali mencuat pasca-kemunculan sosok Ezra Wallian. Pemain yang kini membela tim yunior Ajax Amsterdam tersebut rencananya akan segera dinaturalisasi.

Dalam sebuah kesempatan mantan Ketua PSSI Nurdin Halid di era kepemimpinannya pernah mengatakan bahwa arah industri sepakbola dunia adalah masuk ke dalam arus sepakbola modern yang mengglobal. Sepakbola Indonesia harus terlibat dalam panggung raksasa persepakbolaan dunia yang semakin mengglobal dan kompetitif.

Strategi dan tahapan untuk mencapai visi sepakbola industri dijabarkan lagi dalam berbagai program strategis yang tertuang di dalam blueprint sepakbola Indonesia 2007-2020, melaui kompetisi yang dikemas dalam industri PSSI berharap lahirnya prestasi tim nasional Indonesia.

Industri sepakbola selain bermanfaat bagi seluruh komponen yang terlibat langsung dalam kegiatan sepakbola juga sangat membantu program pemerintah untuk meningkatkan roda perekonomian. Firmansyah yang dikutip kompas (2009: 1) dalam iklim otonomi daerah diharapkan setiap pemerintah daerah dapat menggali potensi olahraga daerahnya. Olahraga tidak bisa dilihat sebagai alat pengembang sumber daya manusia saja, juga dilihat sebagai peluang dan sumber potensi ekonomi daerah.

Tanda-tanda atau indikator industrialisasi sepakbola atau pengelolaan klub dan kompetisi yang profesional di Indonesia menurut Subardi (2010: 4) sudah mulai terlihat. Kompetisi ISL (Indonesia Super League) atau LSI (Liga Super Indonesia) yang merupakan kompetisi sepakbola profesional di Indonesia pada musim kompetisi 2009-2010 dikuiti 18 tim. Pertandingan LSI berjumlah 306 selama satu musim, live TV: 113 pertandingan, melibatkan jumlah penonton sebanyak: 2.067.500 orang, rata-rata penonton tiap pertandingan: 10.712 orang dengan durasi selama 8 bulan.

Liga Super Indonesia berhasil bekerja sama dengan PT. Djarum sebagai sponsor Utama. Perputaran uang dari industri sepakbola di Indonesia diperkirakan bisa menembus Rp. 3 triliun (Kompas, 2010: 29). Kompetisi Djarum LSI dan Liga Ti-phone Divisi Utama 2010 yang dikemas secara profesional diharapkan menjadi pendorong dan penarik terciptanya industri dengan nilai ekonomi tinggi. Klub peserta ISL jika selama 1 musim mengeluarkan rata-rata 20 miliar rupiah untuk menjalani kompetisi maka uang 360 milyar rupiah telah beredar untuk kegiatan sepakbola.

Pada akhirnya, kita semua berharap carut marut tata kelola serta tarik menarik kepentigan politis adalam persepakbolaan Indonesia segara berakhir. Kita semua merindukan hadirnya sepakbola Indonesia yang sehat, indah serta membanggakan dengan hadirnya prestasi-prestasi baik level klub maupun tim nasional di level regional asia maupun dunia. Majulah sepakbola Indonesia.

Lalu di acara tv swasta nasional dalam siaran mata najwa sering sekali sang narasumber Najwa Syhihab mengangkat topik PSSI dan sepak bola, sudah sekian banyak anggota atau komdis PSSI yang didatangkan ke acara mata najwa tersebut.

Permainan uang di dalam PSSI sudah menjadi lagu lamayang telah dilakukan oleh para mafia tersebut. Kasus demi kasus federasi sepak bola di Indonesia ini terus berlanjut, dari dulu hingga sekarang masalah itu tetap ada, entah sampai kapan nasib sepak bola di negeri Indonesia ini akan berakhir. Indonesia terancam akan terkena sanksi dari FIFA karena ulah para mafia sepak bola Indonesia, kalau begini terus kapan sepak bola Indonesia akan maju??

Dan akhir-akhir ini ketika ketua umum PSSI Edy Rahmayadi ketika diwawancarai wartawan mengatakan “jika wartawan baik timnas juga baik” sampai-sampai perkataan itu dinyanyikan oleh para supporter timnas dan juga club-club di Indonesia. Di dalam acara mata najwa pun banyak di perbincangkan tentang ketua umum PSSI yang harus tetap in atau out.

Kasus demi kasus dibiarkan terpendam, kompetisi liga dilacurkan, perputaran fulus haram dibiarkan bahkan seperti dipelihara, jadi sekarang PSSI bisa apa??.

Penulis: Musthoriq, pecinta sepak bola dan Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAI Sunan Pandanaran Yogyakarta.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *