Cara Mbah Hasyim Asy’ari Menghadapi Santri Mbeling
Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari, Rais Akbar NU dan Pendiri Pesantren Tebuireng Jombang, adalah sosok kiai besar yang melahirkan para ulama di Nusantara. Ketika NU berdiri, cepat sekali NU bergerak melahirkan cabang-cabang di berbagai daerah. Semua itu tak lain karena jaringan antar kiai yang sangat kuat, khususnya jaringan santrinya Mbah Hasyim Asy’ari.
Mbah Hasyim punya santri bernama Sulam Syamsun, ayah dari Munyati Sulam, penyiar TVRI yang biasanya qira’ah. Sulam Syamsun ini adalah santri yang tergolong bandel. Saking bandelnya, ia sampai memiliki banyak hutang.
Pada suatu waktu pasca lebaran, Sulam tidak berani kembali ke pondok. Ia pun berkirim surat kepada kiainya, KH Hasyim Asy’ari yang kurang lebih isinya:
Teruntuk Hadratussyekh Hasyim Asy’ari.
Ini saya ayahanda Sulam, mengabarkan, bahwa Sulam tidak bisa kembali ke pondok, karena Sulam telah meninggal dunia. Jika ada salahnya mohon dimaafkan. Jika ada utangnya mohon untuk di-ikhlasaken.
Demikian surat itu yang di buat oleh Sulam sendiri mengatasnamakan ayahnya.
Mendapat surat seperti itu, Kiai Hasyim menangis (muwun), karena salah satu santrinya meninggal dunia. Kemudian beliau mengumpulkan para santri untuk diajak shalat ghaib (sholat yang dilakukan tatkala seorang muslim yang meninggal dunia pada tempat yang jauh dan tidak memungkinkan didatangi). Setelah shalat ghaib, beliau mengumumkan:
“Hadirin sekalian, ini Sulam telah meninggal dunia. Maafkan kesalahannya, ya? Dimaafkan, ya?,” pinta Kiai Hasyim, dalam bahasa Jawa.
Semua santri menjawab: “Nggih…”
Kemudian yang agak berat, soal utang. “Kalau ada utangnya, diikhlaskan, ya?”
Karena Kiai Hasyim yang berbicara, semua santri menjawab kompak: “nggih…” “Halal?”
“Halal,” jawab santri, serempak.
Tak dinyana, tiba-tiba kemudian, dari pintu pondok, Sulam berlari mendekat sambil berteriak: “matur nuwuuun”
Melihat kelakuan santrinya yang “kurang ajar” seperti itu, Kiai Hasyim bukannya marah, malah justru menangis, merangkul Sulam. “Alhamdulillah, Lam, kamu masih hidup. Aku kira meninggal dunia beneran. Ya sudah, aku sudah terlanjur mengikrarka: kamu di sini sudah tidak punya salah dan tidak punya hutang. Adapun yang masih belum ikhlas dengan hutangmu, karena kamu masih hidup, Lam, dan aku sudah berbicara, aku yang menanggungnya sekarang. Jadi kalau ada yang punya hutang di Sulam,atau yang dihutangi Sulam,tagihlah aku,” tutur Mbah Hasyim •
Demikian Cara Mbah Hasyim Asy’ari Menghadapi Santri Mbeling. Semoga bermanfaat.
Sumber: Ceramah Gus Muwafiq.