Berita NU, BANGKITMEDIA.COM
YOGYAKARTA-Islam itu aqidahnya sama sedunia. Tapi aplikasi dan ekspresi keislaman itu ada muatan lokalnya. Contoh: KFC itu jualan ayam goreng. Tapi di Indonesia mereka juga jualan nasi. Di Ausie cuma pakai kentang. Namanya tetap KFC. Kalau udah paham ini, gak sulit mau paham tentang Islam Nusantara
Demikain cuit Rais Syuriah PCINU Australia dan New Zealand Prof. Nadirsyah Hosen melalui akun twitter @na_dirs ketika menjelaskan Islam Nusantara dengan analogi ayam KFC pada hari Rabu (04/7/2018)
Penjelasan Gus Nadir yang memakai analogi ayam KFC untuk menjelaskan Islam Nusantara tersebut segera mendapatkan berbagai tanggapan. Ada yang pro, pun ada yang kontra. Ada juga yang nyinyir terhadap penjelasan tersebut.
Selain Ustad Hilmi, CEO AMI Azzam M. Izzulhaq adalah salah seorang penolak Islam Nusantara yang menanggapi cuitan Gus Nadir
“Jika dianalogikan dengan hidangan menu KFC di Australia dan Indonesia untuk Islam Nusantara, maka sang penganalogi lupa bahwa di mana pun, di Zimbabwe sekalipun, dengan muatan lokal apa pun, KFC tetaplah KFC. Tidak pernah ada KFC Zimbabwe atau KFC Nusantara,” cuit Azzam.
Cuitan Azzam tersebut segera dibalas oleh Gus Nadir dengan penjelasan yang panjang. Berikut cuitan lengkap Gus Nadir yang menanggapi nyinyiran Azzam.
- Semua tertulis di KTP juga Islam; bukan Islam Nusantara. KFC juga begitu, meski menunya mengandung muatan lokal. Maka tertolaklah dengan logika model @AzzamIzzulhaq ini mereka yg menuduh Islam Nusantara merupakan agama baru. Sama-sama Islam kan 😊 alias sama-sama KFC juga hehehe
- Bedanya KFC dimana-mana itu soal menu tambahannya karena sama “aqidah”-nya itu jualan ayam goreng. Islam Nusantara bukan mazhab atau aliran apalagi agama baru. Aqidahnya sama. Sampai di sini paham yah mas bro @AzzamIzzulhaq 😀
- Nah ternyata KFC di sejumlah negara, bukan saja menu-nya mengandung muatan lokal, tapi mereka juga beri tambahan keterangan dengan bahasa lokal selain nama dan logo KFC. Di Timur Tengah ditambahi dg دجاج كنتاكي (Ayam Kentucky). Kenapa perlu dikasih tambahan? Ayo mikir 😀
- Di China juga gak cukup dg logo dan nama KFC. Tapi diberi tambahan keterangan bahasa lokal. Dalam konteks marketing (atau dakwah) ini luar biasa, membuat logo KFC yg global itu nyambung dg bahasa setempat. Think globally, eat locally hehehhe
- Gak cuma itu. Di Jepang, malah si kolonel didandani ala jepang. Bukan lagi pakai baju gaya orang kentucky-amerika sono. Kira-kira mereka gak mau pakai gamis-lah, tapi pakai sarung lokal heheheh. Udah paham belum teknik “dakwah” KFC di Jepang? Plus ditulis juga bahasa lokalnya tuh
- Eh di Vietnam malah ditulis KFC Hanoi. Duh, kok ini jadi kayak Islam Nusantara aja sih 😊 mas Bro @AzzamIzzulhaq pernah makan KFC di Hanoi gak? Atau lebih pilih makan KFC di Zimbabwe sono? 😀
- Di Quebec, sejak 2015, ada aturan baru. Brand yg berbahasa Inggris harus dicantumkan dengan bahasa lokal, yaitu Perancis. Maka KFC di Quebec berubah jadi PFK. Meski gambar si Kolonel kagak didandani aneh-aneh kayak di Jepang. Mas bro @AzzamIzzulhaq udah pernah nyobain belum?
- Ok sekarang kita bahas mulai serius. Islam yang mengadopsi muatan lokal itu sudah terjadi sejak masa Nabi Muhammad dulu sampai sekarang. Yang pernah belajar ushul al-fiqh dan qawaid fiqh pasti paham soal ‘urf dan ‘adah ini. Contoh penggunaan ‘urf dalam fiqh dijelaskan Imam Suyuthi
- Jadi manhaj Islam Nusantara itu bukan terjadi hanya sekarang ini. Para ulama NU sudah membaca kitab klasik bagaimana masalah adat ini dipakai oleh Nabi Muhammad, para sahabat dan ulama salafus salih. Makanya kitab qawaid fiqh membahas soal kaidah al-‘adah muhakkamah
- Bagaimana jika adat bertentangan dengan syara’? Para ulama juga sudah membahas dg detil berikut contoh-contohnya. Kembali saya sodorkan kitab Imam Suyuthi, al-Asybah wan nazhair
- Gak perlu saya terjemahin yah. Mas bro @AzzamIzzulhaq bisa minta kawannya jenderal polisi arab untuk memahami teks itu, atau minta tolong sama ustaz @Hilmi28 atau minta tolong kawan kita yang ahli soal JIL 101 @malakmalakmal untuk bisa bantu mengulasnya
- Nanti kalau paham contoh-contoh yang diberikan para ulama soal adat dan hukum Islam dalam skrinsut kitab Imam Suyuthi di atas, kalian akan paham mengapa namanya Islam Nusantara, bukan sekadar Muslim Nusantara.
- Satu lagi, kalian sibuk mempersoalkan istilah. Lupa bahwa fokus kami itu pada manhaj dan substansi. Makanya saya kasih contoh KFC dengan logika sederhana, eh gak paham juga. Ya sudah, saya kasih skrinsut kitab deh. Jadi makin ribet kan kalian mau pahamnya. Salam hangat untuk semuanya🌷😊
Sama seperti Ustad Hilmi Firdausi, sampai tulisan ini diturunkan, Azzam M. Izzulhaq yang nyinyir terhadap Islam Nusantara tidak membalas cuitan Gus Nadir. Ia diam seribu bahasa. Sebenarnya Gus Nadir sudah berkali kali menjelaskan soal Islam Nusantara, tapi mereka tetap nyinyir. (rk)