Oleh : Irfan Fais, Warga Desa Sumbermulyo
Saat itu, Ima yang sudah berumur 5 tahun baru memasuki pembelajaran di TK. Lebih tepatnya di TK yang berada satu naungan MI Bid’ul Ulum yang bertempat di Desa Sumbermulyo, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten PATI, Provinsi Jawa Tengah.
Naimatul Khusnaini nama lengkapnya atau biasa sehari hari dipanggil Ima. Dia adalah anak perempuan tunggal dan sekaligus anak terakhir dari 2 bersaudara. Pagi itu, aku kakaknya yang sedang libur sekolah, pertamakali menggantikan Si Mbah mengantar dan menemani Naima berangkat sekolah. Karena bapak sudah berangkat kerja dan ibu baru pulang dari pasar dan akan bersiap berangkat kerja.
Pagi itu suasana sekolahan yang cukup ramai para Siswa dan Guru gurupun sudah di kantor. Tepatnya Jam 07:15 WIB suara Bel masuk berbunyi. Semua Siswa langsung masuk kelas semua. Ketika Ibu Siswati atau biasa di panggil Bu Sis oleh para Anak anak memasuki kelas, suasana kelas yang tadinya ramai berganti agak sunyi. Seiring berjalannya pelajaran pertamakalinya Aku melihat Ima yang sangat aktif saat disuruh menulis, membaca dan bernyanyi. Saat itu juga aku sebagai seorang Kakak langsung berkeinginan untuk membuat Ia bisa meraih Prestasi di sekolah agar dapat membanggakan orangtua.
Di tengah perjalanan pulang sekolah aku berkata “Ma…!,” dengan nada halus.
“Iya kak, ada apa?,” sahut Ima seraya bertanya.
“Kamu harus belajar yang rajin Ma, kalau kamu bisa dapat rangking nanti aku kasih Hadiah” jawabku dengan upaya menghibur.
“Iya oke kak, tapi beneran loh nanti ajak saja aku ke Mini Market, ya Kak,” jawab Ima dengan hati berbunga-bunga.
Setiap malam hari setelah Isya, jika besoknya bukan hari libur ibu selalu menanyai Ima apakah ada PR dari guru atau tidak. Jika ada tidak jarang ibu menyuruhku membantu mengajari Ima untuk menyelesaikan PR-nya. Dan jika tidak ada ibu selalu mengajari untuk membaca dan menulis.
Kebiasaan belajar setiap malam ini terus terbawa sampai pas Ima sudah duduk di kelas satu MI Bid’ul Ulum. Ima tidak pernah bosan disuruh untuk belajar setiap malam. Satu yang tidak pernah aku lupakan ketika Ima ngomong begini sama ibu “Buk, ayo belajar tadi dikasih PR sama Bu Sis dan disuruh membaca supaya lancar.” Aku heran mendengar hal itu. Ini pertama kalinya Ima mengajak untuk belajar, Karena biasanya ibulah yang selalu menyuruh Ima belajar.
Benar adanya, kalau daya ingat belajar anak seperti kata pepatah “Belajar di waktu kecil bagai mengukir diatas batu,” hal itu di buktikan oleh Ima sangat cepat menyerap pelajaran saat setiap kali selesai belajar. Bahkan perkataanku yang sudah cukup lama masih saja diingatnya. Suatu malam saat sedang belajar mau menghadapi tes kenaikan kelas Ima berkata kepada ibu. “Bu!, kalau aku nanti bisa dapat rangking kakak akan memberi hadiah loh.”
Mendengar hal itu ibu langsung menanggapi perkataan Ima.“Iya? Kan bagus malahan Nduk!.”
“Ibu nggak mau ngasih hadiah juga kalau aku dapat rangking?, Kakak saja ngasih kok Bu,” tanya Ima dengan nada merayu.
“Iya, nanti tak kasih hadiah juga hahaha…(sambil ketawa) anak kecil sudah pintar merayu. Tapi tanya bapakmu Nduk mau dikasih apa,” jawab ibu sambil melihat bapak.
Kemudian Ima bertanya kepada bapak. “Pak, nanti aku mau di kasih apa kalau dapat rangking?.”
“Hmm…, nanti tak ajak ke pasar,” Jawab bapak dengan singkat.
Setiap malam sebelum tes, Ima selalu belajar ditemani ibunya. Dan Alhamdulillah akhirnya Ima berhasil mendapatkan peringkat III. Setelah itu kamipun di tagih satu persatu untuk memenuhi janji memberikan hadiah. Dengan uang hasil mejual Kapuk Randu aku mengajaknya pergi ke Mini Market dan membelikannya Ice Cream dan Sosis Sonice.
Setelah semua janji sudah di penuhi, Ima terlihat sangat senang. Kemudian dia berkata pada ibu “Bu, kalau besok aku dapat peringkat lagi beri hadiah lagi ya Bu.”
“Iya besok gampang Nduk kalau soal hadiah, yang penting kamu terus belajar,” jawab ibu sambil menasehati.
Peran Keluarga
Menginggat keluarga adalah guru pertama bagi anak, karena keluarga adalah sekolahan pertama kali bagi anak yang mendidik dan mengajarkan pendidikan dasar kepada seorang anak. Motivasi juga perlu diterapkan dalam mendidik sebagai syarat mutlak dalam belajar, oleh karena itu, hendaknya keluarga senantiasa memberikan motivasi apapun agar anak lebih giat dalam belajar dan juga berprestasi. Motivasi dari keluarga merupakan salah satu bentuk nyata bahwa pentingnya peran keluarga terhadap pendidikan seorang anak.
Pada usia dinilah tindakan awal yang tepat menimbulkan dan menanamkan motivasi kepada anak. Jika anak sudah tertanamkan motivasi sejak dini seiring bertambahnya usia anak, maka minat seorang anak akan mulai ikut mengambil peran dalam membangun motivasi.
Hal ini sudah terbukti sejak saat Ima terus memperoleh posisi peringkat III sejak kelas 1 sampai kelas 3 berturut turut. Tidak hanya memperoleh peringkat III saja, di usianya yang baru 9 tahun itu Ima sudah menamatkan menghafal Tajwid Qiraati atau yang biasa disebut IMTAS (Imtihan Akhir Santri atau Ujian Akhir Santri).
Kemarin saat aku pulang dari Jogja, Ima yang sudah kelas IV MI langsung menyuruhku untuk menandatangani raportnya, dan sangat ingin menunjukkan kalau dia berhasil mendapatkan peringkat II. Setelah itu aku iseng bertanya “Ma, kenapa kok nggak pernah dapat peringkat 1 dikelas?.”
“Aku ya nggak tau kak, yang biasa peringkat 1 itu kalau nggak Desi ya Dwi kak. Itu sudah dari dulu,” ketus Ima dengan nada jengkel.
”Kalau gitu sering seringlah belajar dan membaca Ma, lebih bagus lagi kalau sebelum berangkat kamu baca buku pelajaran dulu. Nanti kalau bisa dapat juara 1 tak ajak jalan jalan kalau aku pulang,” jawabku dengan senyum.
Menjadikan anak pintar dan berprestasi adalah idaman semua orang tua. Apalagi ditambah dengan bekal Akhlak yang baik pula. Memang, untuk mencapai hal itu diperlukanya waktu yang lama dan ketelatenan dari orang tua. Menerapkan prinsip “Pentingnya pendidikan bagi anak” adalah jalan pertama yang harus dimiliki setiap orang tua. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran secara aktif mengembangkan potensi diri. Tanpa adanya kesadaran dan dukungan dari para orang tua, minat belajar anak akan semakin melemah.
Oleh karena itu, marilah para orang tua membantu anak anaknya berfokus pada tujuan pendidikan. Pendidikan bisa membantu anak bertumbuh menjadi orang dewasa yang matang dan bertanggung jawab. Jangan hanya mengandalkan sekolah. Sekolah tidak sempurna, dan kini anak-anak menghadapi tantangan di era teknologi. Tetapi, dengan dukungan orang tua, anak anak bisa lebih berhasil di sekolah.