Grafik perkembangan organisasi Gerakan Pemuda (GP) Ansor akhir-akhir ini mengalami peningkatan yang signifikan, terutama dari sisi penataan organisasi. GP Ansor saat ini dinilai mampu membangun kaderisasi yang sistematis dari pusat hingga ranting. Demikianlah penilaian dari Fahmy Akbar Idris, Wakil Ketua PWNU DIY, saat diwawancarai Tim Bangkit.
“Kalau dulu ketika saya menjadi pengurus, kaderisasi belum tersusun secara rapi, karena ada eforia politik waktu itu. Kaderisasi tetep berjalan, tapi belum seperti sekarang,” tutur Fahmy.
Kaderisasi di tubuh GP Ansor tidak hanya terfokus di internal organisasi saja. Terbukti banyak kader GP Ansor yang saat ini mampu menempati pos-pos strategis di tubuh negara dan turut berkhidmat membangun negri. Masuknya kader GP Ansor dalam berbagai lembaga tersebut, menurut Fahmy, bukan karena faktor Ansor semata, tetapi karena kualitas mereka yang tinggi.
“Saat ini kader Ansor dibutuhkan oleh negara karena memang mereka mampu memberi peran. Dan sekarang peran Ansor dalam bidang politik, keagamaan, sosial, dan lainnya sudah mulai berjalan baik,” ujar Fahmy.
Atas berbagai kemajuan di tubuh GP Ansor, Fahmy menilai GP Ansor layak menjadi organisasi percontohan di NU dari sisi penataan organisasi. Bahkan juga organisasi pemuda non-NU, layak untuk meniru Ansor.
“Ansor saat ini merupakan organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia yang anggotanya luar biasa banyak. Ini layak menjadi percontohan,” katanya.
Meski GP Ansor dinilai telah berhasil dalam proses penataan organisasi dan kaderisasi, GP Ansor masih memiliki tantangan yang harus diselesaikan. Tantangan tersebut dalam pandangan Fahmy adalah pengelolaan terhadap kader. Kader GP Ansor yang tersebar dari pusat hingga ranting harus mampu dikelola dengan baik agar potensinya tersalurkan.
“Saya kira tantangan Ansor sama seperti organisasi yang lain. Ansor punya kader ribuan, punya ribuan Banser. Mereka telah tercatat dan masuk database. Ini mau diapakan. Apakah akan didiamkan saja? Tentu tidak mungkin,” tandas Fahmy.
Karena itu, Fahmy mengusulkan agar GP Ansor mulai menggarap pengembangan ekonomi. Hal ini agar kader GP Ansor tidak hanya berkembang melalui pintu politik saja, tetapi juga bisa menjadi kader yang mandiri lewat pemberdayaan ekonomi tersebut.
“Ansor harus berusaha semaksimal mungkin untuk memberdayakan kader dengan membuka ruang ekonomi. Mulai dari menyediakan akses informasi untuk anggotanya, dan segala hal yang bisa mengembangkan potensi ekonomi. Yang jelas kader harus diberdayakan. Kader tidak boleh dibiarkan begitu saja,” jelasnya.
Pemberdayaan kader ini penting agar kader terawat dengan baik. Sebab, menurut Fahmy, kader GP Ansor hari ini adalah calon pengurus dan pemimpin NU di masa depan. Jika kader telah terawat dengan baik, kedepan tentu akan mudah mencari bibit unggul untuk merawat NU. (AN)
*Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Bangkit Edisi November 2015. Saat itu, Fahmy Akbar Idris menjabat sebagai Bendahara PWNU DIY.