Alasan Wahabi Kafirkan Paham yang Tak Sejalan dengannya.
Generasi dakwah Najd pertama yaitu keluarga Sa’ud pertama berhasil dihancurkan pada 1818 oleh daulah Islamiyah Turki, namun dengan bantuan Kolonial Inggris, mereka dapat bangkit kembali. Setelah pelaksanaan hukuman mati atas Imam Abdullah al-Saud di Turki, sisa-sisa klan Alu Saudi dan Alu Syaikh Imam Najd memandang saudara-saudara Arab dan Muslim mereka sebagai musuh yang sesungguhnya (their real enemies; maksudnya sebagai orang-orang musyrik yang harus diperangi).
Disinilah dendam gerakan Dakwah Najd mulai muncul dan mengklaim bahwa wilayahnya (wilayah Najd yang dikuasai) sebagai Darul Islam dan wilayah yang belum dikuasai sebagai darul Kufr, dari sini muncul kitab Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrok, karangan Syaikh Hamd ibn Atiq Rahimahullah, Syaikh Hamdan Ibnu Atiq yang wafat tahun 1301 H, banyak mengeluarkan Fatwa kontroversi seperti ungkapan ini.
“Ulama telah ijma’ bahwa barangsiapa memalingkan satu macam ibadah kepada selain Allah maka dia itu telah musyrik, walaupun dia itu mengucapkan Laa ilaaha illallaah, dan walaupun dia itu shalat, shaum serta mengaku muslim. (Ibthalut Tandid: 76) Mengutip dari buku Al-Urwah Al-Wutsqo hal. 62,penyusun . Aman Abdurahman )
“Al-Qur`an dan As-Sunnah menunjukkan bahwa apabila seorang muslim bersikap loyal kepada pelaku kemusyrikan dan mengidolakan mereka berarti dia telah murtad dari diennya. (Ad-Durar 9/263)
Kitab ini menjadi alasan para Jihadis Thiyyar Najd jika Khalifah Turki Usmani saja dikafirkan apalagi dengan Indonesia, lihat kutipan Al-Urwah al-Wutsqo (lihat garis merah)
Sejatinya Ibnu Atiq dalam menulis kitab di atas, sejatinya dalam membongkar Turki Utsmaniy dan menjelaskan kesesatannya, beliau beri judul Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak. dan lihat kutipan hal. 102-103
و اما من ليس عذرا في ترك الهجرة و جلس بين اظهرهم لهم انه منهم و ان دينهم حق و دين الاسلام باطل، فهو كافر مرتد، ولو عرف الدينه بقلبه، لانه بمعنه عن الهجرة محبة الدنيا عن الاخرة، و تكلم / بكلام الكفر من غير اكره، فدخل في قوله : ( وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا )
“Sedangkan orang yang tidak memiliki udzur untuk meninggalkan hijrah, tinggal bersama mereka dan menampakkan bahwa dia bagian dari mereka dan sebenarnya dien mereka itu benar sedang Islam itu batil, maka dia adalah kafir murtad, seandainya dia mengenal dien dengan hatinya, tapi dia terhalang dari hijrah karena lebih mencintai dunia dari pada akhirat, kemudian berkata dengan perkataan kufur tanpa ada paksaan, maka dia masuk ke dalam ayat (akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran,…)( lihat garis biru)
lalu dilanjutkan (lihat garis merah)
Ini adalah jawaban syaik Husain dan Syaikh Abdullah ibn Syaikh Muhammad ibn Abdul Wahhab rahimahumullah.
Dan ketika mereka ditanya tentang penduduk suatu negeri yang telah sampai kepada mereka dakwah ini, lalu sebagian mereka mengatakan: “Ini sebenarnya perkara yang haq” tapi dia tidak merubah kemungkaran tidak juga memerintah kebaikan, mengingkari muwahhidin ketika mereka mengatakan “kami berlepas diri dari dien nenek moyang kami”, dan mereka juga mengatakan “Hal ini bagus tapi tidak mungkin diucapkan secara terang-terangan.” selesai (garis merah)
Mereka menjawab: Bahwa penduduk negeri yang disebutkan ini, apabila telah tegak kepada mereka hujjah yang mana menjadi kufur siapa yang menyelisihinya, maka hukum mereka adalah hukum kufur, dan seorang muslim yang berada di tengah mereka, yang tidak dapat menampakkan diennya (idzharuddien) maka wajib baginya untuk hijrah, jika dia tidak termasuk orang yang mendapat udzur oleh Allah lalu dia tidak berhijrah maka dia dihukumi sama seperti mereka dalam masalah dibunuh atau dirampas hartanya.” selesai(lihat garis kuning)
Indonesia pun dihukumi negeri Kafir/Kufr atau Darul Harbi karena mengaca Turki Usmani yang khalifah saja dikafirkan apalagi Indonesia, mereka pun dituntut untuk Izharuddien (menampak keislaman ala mereka) di negeri Kufur, jika tidak mereka akan murtad, inilah paham yang memicu mereka untuk berbuat amaliat (operasi) terus agar tidak jatuh kepada kemurtadan, hehehe serem kan?
Yah, dari judulnya aja sudah Sadis, kitab Sabilun Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak (Jalan Sukses dan tebusan bagi yang memberikan loyalitas kepada Kaum Murtad dan kepada Turki).
Masih dibilang Rekayasa, atau ini bukan wahabinya Muhammad bin Abdul Wahab? tapi ini Wahab bin Rustum, jangan ngaco ah….mana ada Bin Rustum punya kitab-kitab beginian.
Demikian Alasan Wahabi Kafirkan Paham yang Tak Sejalan dengannya, semoga manfaat.
Penulis: Sofyan Tsauri
________________