Aklamasi, Gus AMI Akhirnya Jadi Ketua Umum PKB 2019-2024
Rabu, 21 Agustus 2019, pukul 01.07 WITA. Hotel Westin, Nusa Dua, Bali tak menunjukkan sepi, karena dini hari itu justru sedang ramainya ribuan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) melangsungkan hajatan Muktamarnya.
Setelah seluruh DPW PKB se Indonesia menyampaikan pandangan umum terkait laporan pertanggungjawaban kepengurusan PKB di bawah kepemimpinan Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin), semua DPW PKB itu akhirnya memantapkan kebulatan tekad dan hatinya untuk memilih Gus AMI sebagai Ketua Umum PKB 2019-2024.
Gus AMI adalah nama baru dari Gus Abdul Muhaimin Iskandar. Ini transformasi nama baru dari Cak Imin, karena para kader PKB merasa sosok Ketua Umumnya adalah seorang cicit dari salah satu pendiri NU, yakni KH Bisri Syansuri. Makanya sangat pantas kalau mendapatkan panggilan Gus AMI.
“Dengan memahami amanah yang begitu besar, tantangan dan masa depan perjuangan PKB dan diiringi semangat luar biasa pengurus dan ketua DPW, se-Indonesia, saya bisa memahami harapan-harapan itu. Dan disertai niat pengabdian kepada Allah SWT dan merah putih tercinta, saya mengucapkan bismillah saya bersedia memimpin kembali PKB 2019-2024. Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita semua,” tegas Gus AMI. (red)
__________________
Semoga artikel Aklamasi, Gus AMI Akhirnya Jadi Ketua Umum PKB 2019-2024 ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin…
BONUS ARTIKEL TAMBAHAN Aklamasi, Gus AMI Akhirnya Jadi Ketua Umum PKB 2019-2024
Diplomasi Islam Gus Dur: Yang Lebih Tinggi dari Politik Adalah Kemanusiaan
Kejutan kembali datang dari hasil saya bongkar-bongkar file foto lama milik bapak. Di sampul album tertulis “Israel Okt 10/94”, bulan Oktober 1994. Menarik sekali pikirku, Israel, negara yang selalu jadi kontroversi di Indonesia. Ada Israel ada Palestina, kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Saya mulai buka dari halaman pertama album foto itu. Ada foto Gus Dur sedang memegang botol air mineral dengan background gurun warna coklat dan cahaya yang over-exposed. Beberapa frame awal bertempat di sebuah gurun dan nampak wisata kereta gantung.
Semakin jauh saya buka album foto itu. Setting tempat berpindah ke sebuah ruangan dengan meja melingkar dan hampir semua orang mengenakan jas. Jadi jelas ini sebuah acara formal. Termasuk Gus Dur ada di dalam foto tersebut, sedang berbincang dengan orang secara pribadi dan beliau sedang berbicara di forum, mungkin sedang menyampaikan makalah atau sejenisnya. Sebagian besar saya tidak mengenali orang-orang di dalam foto itu, yang jelas mereka akademisi. Ada juga sesi break (mungkin), karena terlihat peserta diskusi menikmati makan siang bersama dalam ruangan berbeda. Gus Dur juga terlihat ikut dalam acara tersebut bersama dengan peserta diskusi lain.
Rasa penasaran semakin mengusik benak saya. Akhirnya saya mengkonfirmasi ke bapak tentang foto tersebut. Bapak kemudian meng-iya-kan bahwa memang pernah ada pertemuan di Israel pada bulan Oktober 1994. Gus Dur jadi salah satu Keynote Speaker dalam acara tersebut. Tidak dijelaskan dengan detail acara tersebut, yang jelas pada waktu itu Israel sedang ingin membangun komunikasi dengan kelompok Islam. Berangkatlah Gus Dur berkapasitas sebagai tamu undangan. Sebagai pihak pengundang (inisiator) acara tersebut adalah Hebrew University, Jerusalem.
Menariknya, acara ini diselenggarakan dalam kondisi dimana Indonesia-Israel tidak mempunyai hubungan diplomatik. Jadi keputusan untuk bersedia jadi pembicara dalam acara ini sendiri sudah jadi kontroversi. Tapi Gus Dur memiliki pertimbangan sendiri dan memutuskan tetap berangkat. Dan memang selayaknya Gus Dur berkangkat, karena ini ruang yang bagus untuk menjelaskan Islam ke publik. Menjembatani komunikasi dengan kelompok Islam yang terputus akibat kecamuk perang Israel-Palestina.
Quote yang paling saya suka “Yang lebih tinggi dari politik adalah kemanusiaan”, ini bagi saya sudah final, tidak dapat diubah lagi. Jadi selama politik tidak mengabdi pada kemanusiaan hampir bisa dipastikan itu politik yang keliru, keblinger dan harus diingatkan. Kedewasaan berpolitik dan kemanusiaan dalam berbangsa dan bernegara banyak diajarkan Gus Dur, Khususon Gus Dur Alfatihah…(saya yakin bahwa fatihah ini akan sampai ke njenengan Gus, karena buktinya ndak balik lagi kok ke saya hehehe…)
Demikain Diplomasi Islam Gus Dur: Yang Lebih Tinggi dari Politik Adalah Kemanusiaan. Semoga bermanfaat.
Penulis: Aditya Rahman