Sleman, bangkitmedia– Isu gender telah lama terwacanakan. Bagi beberapa kalangan, isu tersebut sangat sensitif. Sebagian menganggap kesetaraan gender melawan kodrat. Beberapa yang lain meyakini kesetaraan gender justru senafas dengan semangat keagamaan, khususnya Islam.
Menanggapi hal tersebut, Lingkar Permata sebagai Badan Semi Otonom Rayon (BSOR) PMII Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menyelenggarakan Sekolah Islam Gender (SIG), pada tanggal 25-26 Maret 2017. “Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Rayon Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta merasa terpanggil untuk mendiskusikan kembali isu sensitif ini”, tutur Nahdi selaku Ketua Rayon.
Kegiatan yang bertempat di Ponpes “Ora Aji” Kalasan Sleman ini semula ditujukan untuk kader PMII Rayon Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Karena minat yang besar, beberapa kader di luar Rayon PMII Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan turut serta dalam kegiatan tersebut.
Dalam kegiatan yang mengangkat tema “Optimalisasi Kesadaran Gender Kader PMII yang Konstruktif dan Kolaboratif” ini, isu kesetaraan gender didiskusikan kembali dalam konteks ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. “Kami sebagai kader PMII mencari kembali isu kesetaraan gender dalam bingkai ke-Islaman khususnya paham ahlussunnah wal jamaah. Diskusi kami awali dengan membaca kembali konsep dasar Islam mengenai fikih perempuan. Literatur ke-Islaman mulai dari Qur’an, Hadits, hingga ijtihad ulama kami bahas. Dilanjutkan dengan menganalisis gerakan perempuan yang selama ini pernah ada. Setelah itu, baru kita rumuskan kembali gerakan Lingkar Permata ke depan”, ungkap Amel, ketua Lingkar Permata Rayon PMII Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Untuk menyukseskan agenda tersebut, panitia menghadirkan pembicara yang ahli di bidangnya masing-masing. “Di bidang ke-Islaman, kami menghadirkan beberapa dosen UIN Suka termasuk Dr. Ahmad Arifi yang saat ini juga menjabat sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pengurus Korp Putri (Korpri) PB PMII dan PC PMII Yogyakarta kami minta untuk memberikan materi mengenai gerakan perempuan. Peserta kegiatan juga kami tujukan untuk laki-laki. Selain untuk memperluas sudut pandang, kami juga berharap diskursus mengenai isu kesetaraan gender tidak lagi bias seolah-olah hanya menjadi masalah perempuan”, ungkap Dika selaku ketua panitia kegiatan.
Di Pondok Pesantren yang diasuh oleh Gus Miftah ini, kegiatan dilaksanakan dalam bentuk diskusi interaktif. Di sela-sela padatnya acara, peserta kegiatan tetap menjalankan kegiatan selayaknya santri seperti sholat berjamaah lima waktu dan mengaji Al Qur’an sehabis Sholat. Kegiatan yang dibuka pada Sabtu 25 Maret 2017 ini, rencana akan ditutup pada hari Minggu siang 26 Maret 2017 dengan bedah film mengenai perjuangan RA Kartini. (Wahid)