Tradisi Bacaan Bilal Tarawih dan Jawabannya

Tradisi Bacaan Bilal dan Jawabanya dalam Shalat Tarawih

Tradisi Bacaan Bilal Tarawih dan Jawabannya.

Tulisan ini lahir dari sebuah pertanyaan seorang teman tekait dengan bacaan bilal dalam shalat tarawih yang sudah sangat lumrah. Dia bertanya, “Kalo tarawih berjamaah di rumah tanpa ada bacaan Bilal boleh gak? Kalo imamnya sekalian baca bacaan Bilal ya boleh gak?” Saya sebenarnya sudah menjawab pertanyaan ini secara pribadi. Namun sepertinya saya perlu menulis soal ini. Barangkali banyak yang sebenarnya ingin bertanya hal yang sama.

Himbaun untuk shalat tarawih di rumah ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Awalnya saya pikir juga simpel. Ummat Islam tinggal shalat tarawih di rumah, baik mau berjama’ah dengan keluarga, atau munfarid (sendirian). Saya rasa banyak yang kebingungan melaksanakan shalat tarawih di rumah. Mungkin banyak yang berfikir bahwa shalat tarawih di rumah tata caranya harus sama persis dengan shalat tarawih di masjid atau musholla. Tidak boleh ada yang beda. Kalau berbeda maka shalatnya menjadi tidak sah.

Salah satu yang membuat masyarakat bingung adalah soal bilal tarawih berserta lafadznya. Selama ini kita sudah lumrah dimana setiap shalat tarawih selalu ada bilal yang mengucapkan lafadz-lafadz tertentu lalu dijawab oleh jama’ah setiap jeda shalat. Bilal shalat tarawih mungkin dianggap harus ada ketika shalat tarawih sehingga sampai muncul pertanyaan, “Kalo tarawih berjamaah dirumah tanpa ada bacaan Bilal boleh gak?”

Jujur sebenarnya saya agak miris mendapat pertanyaan sepolos ini. Namun sepertinya banyak yang masih belum mengerti soal hukum bilal tarawih sehingga sampai menganggap bahwa bilal tarawih itu hukumnya wajib ada di setiap pelaksanaan shalat tarawih, baik di masjid, musholla, atau pun di rumah.

Bilal shalat tarawih itu hanyalah sebuah tradisi (urf), bukan sebuah keharusan yang wajib ada di setiap pelaksanaan shalat tarawih. Artinya kalaupun tak ada bilal, shalat tarawih tetap sah. Ada juga ulama bahkan berpendapat bahwa bilal shalat tarawih itu bid’ah sehingga tidak boleh ada ketika shalat tarawih. Pendapat ini diikuti oleh kelompok yang suka mem-bid’ah-bid’ah-kan amaliah umat Islam lain yang berbeda dengan kelompok mereka.

Saya tak memungkiri jika bilal shalat tarawih itu bid’ah. Namun saya lebih memilih pendapat yang mengatakan bahwa bilal shalat tarawih itu tradisi (urf) yang baik. Memang bid’ah, namun bid’ah hasanah. Artinya adanya bilal shalat tarawih tidak akan membuat shalat tarawih menjadi batal dan tidak sah, karena dianggap tidak sesuai dengan praktik shalat tarawih Nabi Muhammad SAW.

Saya berpedoman dengan sebuah kaidah fiqih:

العادة محكمة ما لم يخالف الشرع

(al-Adah Muhakkamah ma lam yukhalif al-Syar’)

Terjemahan bebas: “Tradisi itu diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan dasar-dasar syariah”.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adat atau tradisi bermakna kebiasaan perilaku yang dijumpai secara turun-temurun. Karena bermula dari kebiasaan dan itu merupakan warisan dari pendahulu, maka akan terasa sangat ganjil ketika hal itu tidak boleh dilakukan atau dilakukan tapi tidak sesuai dengan kebiasaan yang berlaku. Yang saya pahami dari kaidah di atas, tradisi atau adat yang berkembang di masyarakat, selama tidak bertengangan dengan syari’at, maka diperbolehkan untuk dilakukan.

Bilal shalat tarawih adalah tradisi atau adat yang sudah dilakukan secara turun temurun. Saya belum tahu pasti kapan bilal shalat tarawih pertama kali diadakan serta siapa yang pertama kali mengadakan. Selama saya mengaji, saya belum pernah menemukan pembahasan soal bilal shalat tarawih (karena baru sedikit kitab yang dipelajari).

Namun sejumlah ulama menyatakan bahwa praktik tersebut (bacaan bilal pada shalat tarawih) adalah tradisi yang bagus. Di dalamnya tak mengandung unsur hal-hal yang bertentangan dengan syariat, seperti mengubah tata laksana shalat sebagaimana mestinya.

Ada beberapa fungsi dari bacaan bilal shalat tarawih, di antaranya:

Pertama, sebagai waktu jeda dan istirahat sejenak antara satu shalat dan shalat berikutnya. Shalat tarawih dengan dua puluh rakaat merupakan aktivitas yang cukup menguras tenaga, apalahi bagi mereka yang tak terbiasa. Oleh sebab itu, bacaan bilal menjadi momentum yang tepat untuk istirahat sejenak selepas salam, sebelum melanjutkan rakaat-rakaat berikutnya.

Kedua, penanda hitungan rakaat yang telah dicapai jamaah shalat tarawih. Seringkali imam shalat tarawih lupa sudah berapa raka’at shalat tarawih yang sudah dikerjakan. Untuk mengantisipasi hal ini, bacaan bilal tarawih bisa sebagai tanda atau kode jumlah rakaat shalat tarawih yang telah dilaksanakan.

Ada banyak versi bacaan bilal tarawih. Bahkan antar mushola di dalam satu kampung, bacaan bilal tarawihnya sudah berbeda. Hal ini tidak menjadi persoalan karena memang bacaan bilal shalat tarawih itu hanya tradisi (urf).

Kesimpulannya, yang saya pahami adalah bahwa bilal shalat tarawih itu hanyalah tradisi. Ada tidaknya bilal tarawih tidak menjadikan shalat tarawih sah atau tidak sah. Maka, bagi yang melaksakan shalat tarawih di rumah, silahkan kalau mau mengadakan bilal shalat tarawih. Yang menjadi bilal tarawih boleh imam, boleh ma’mun. Kalaupun tidak mengadakan bilal, shalat tarawihnya juga tetap sah. Wallohu a’lam bis showab.

Penulis: Saefudin Achmad, Pascasarjana IAIN Purwokerto.

Catatan Redaksi:

Ada banyak versi bacaan yang bisa dipakai. Berikut ini bacaan yang sering dipakai di pesantren.

Bilal:

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Shalluu sunnatat taraawiihi rak’ataini jaami’atan rahimakumullah

Jama’ah:

رَحِمَكُمُ اللهُ

Rahimakumullah….

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu mulailah shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

Fadlan minallahu ta’ala wa ni’mah

Jama’ah:

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

Wa maghfirotan wa ni’mah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

اَلْخَلِيْفَةُ اْلاُوْلَى سَيِّدُنَا اَبُوْ بَكَرْ الصِّدِّيْقُ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Al-khalifatul uulaa, sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq radiyallahu anhu

Jama’ah:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

radiyallahu anhu

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

Fadlan minallahu ta’ala wa ni’mah

Jama’ah:

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

Wa maghfirotan wa ni’mah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

اَلْخَلِيْفَةُ الثَّانِيَةُ سَيِّدُنَا عُمَرُ ابْنُ الْخَطَّابْ

Al-Khalifatu al-tsaani, Sayyidina Umarubnul Khathab

Jama’ah:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

radiyallahu anhu

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

Fadlan minallahu ta’ala wa ni’mah

Jama’ah:

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

Wa maghfirotan wa ni’mah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

اَلْخَلِيْفَةُ  الثَّالِثَةُ سَيِّدُنَا عُثْمَانُ بْنُ عَفَّانْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Al-Khalifatu ats-Tsaalitsah, Sayyidina Utsmaanubnu ‘Affaan radhiyallahu annhu

Jama’ah:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

radiyallahu anhu

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ

Fadlan minallahu ta’ala wa ni’mah

Jama’ah:

وَمَغْفِرَةً وَنِعْمَةْ

Wa maghfirotan wa ni’mah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

اَلْخَلِيْفَةُ الرَّابِعَةُ سَيِّدُنَا عَلِيْ بِنْ اَبِيْ طَالِبْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ

Al-Khalifatur raabi’ah, Sayyidina Ali bin Abi Thaalib radhiyallahu anhu

Jama’ah:

كرم الله وجهه

Karamallahu Wajhah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Bilal:

اَخِرُ التَّرَاوِيْحِ اَجَرَكُمُ اللهُ

Akhirut tarawih ajarakumullah

Jama’ah:

اَمِيْنَ يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ

Aamiin Yaa Rabbal ‘aalamiin

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu lanjutkan shalat tarawih 2 rakaat.

***

Selesai tarawih 20 rakaat, maka dilanjutkan shalat witir.

Bilal:

صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Shallu sunnatal witri rak’ataini jaami’atan rahimakumullah

Jama’ah:

رَحِمَكُمُ اللهُ

Rahimakumullah

Bilal:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Allahumma Shalli ala Sayyidina Muhammad

Jama’ah:

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ

Allahumma shalli wa sallim alaih

Lalu mulailah shalat witir 2 rakaat.

***

Bilal:

صَلُّوْا سُنَّةَ رَكْعَةَ الْوِتْرِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ

Shallu sunnatan rak’atal witri jaami’atan rahimakumullah

Jama’ah:

رَحِمَكُمُ اللهُ

Rahimakumullah

Lalu akhiri shalat witir 1 rakaat.

SELESAI.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *