Oleh: Kiai Ahmad Munir, SHI., Sekretaris MWC NU Playen Gunungkidul.
Ramadlan telah berlalu. Tetapi, pesan agung dan energinya masih tetap dibutuhkan untuk mengarungi amal ibadah di waktu selanjutnya. Sebab, jika tidak dirawat dan dijaga, seringkali pesan dan energi kebaikan itu hilang bersamaan dengan usainya momentum Ramadlan.
Maka, tugas berat yang diemban setiap muslim selanjutnya adalah bagaimana menjaga vitalitas kesalihan dan merawat kebaikan yang telah ditanam selama Ramadlan tersebut untuk dapat disemai di bulan dan waktu selanjutnya.
Setidaknya, ada tiga langkah yang dapat kita lakukan untuk merawat kebaikan agar tetap bersemayam di dalam jiwa kita. Pertama, ikhtiar untuk istiqomah dalam membiasakan kebaikan tersebut. Adanya tekad untuk menjaga amal shalih merupakan modal dasar kita mempertahankan kebaikan. Sebab, dengan ikhtiar yang kuat untuk menjaga keistiqomahan beribadah di segala segi ini akan memberikan energi dan semangat berbuat kebaikan.
Orang yang telah berbuat baik, tetapi kemudian berbalik kembali ke jalan yang tidak benar laiknya orang yang mengingkari ikrar kebaikan. Diibaratkan dalam al-Qur’an seperti orang yang susah payah menyulam benang menjadi kain, kemudian diurai kembali hingga helaian kain itu tercerai berai. Allah menegaskan dalam QS. An-Nahl ayat 92: “Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang mengurai benangnya yang sudah dipintalnya dengan kuat, menjadi cerai berai.”
Kedua, senantiasa meluangkan waktu untuk mengaji dan menuntut ilmu (tholab al-ilmi). Kebaikan yang kita lakukan dapat kita rawat dengan senantiasa mengaji dan mengkaji ilmu agama. Sebab, dalam majlis ilmu ada ruang untuk kita selalu mawas diri dan memperbaiki kualitas diri kita.
Selain dapat merawat kebaikan, kemauan untuk senantiasa menimba ilmu juga dapat meningkatkan kualitas dan derajat kebaikan kita. Bahkan, Allah akan mengangkat derajatnya orang yang berilmu. (QS. 58: 11).
Ketiga, memberi maaf dan tidak berburuk sangka (su’udzdzon). Betapa banyak orang yang enggan berbuat baik kepada orang lain gara-gara menyimpan dendam dalam dirinya. Juga, prasangka buruk menyebabkan kita seringkali mengurungkan niatan baik yang seharusnya berbuah amal salih.
Maka, di antara ciri orang beriman adalah kemampuannya untuk menahan amarah dan memberikan ruang maaf bagi orang lain yang berbuat kekhilafan (QS.3:134). Dengan cara ini, pancaran kebaikan dan keberkahan dalam setiap keistimewaan Ramadlan akan dapat kita rawat dan jaga di waktu-waktu berikutnya. Semoga. [ ]